Minggu lalu aku mengikuti sebuah acara yang mendebarkan (hahahaha...). Sejak awal, kami para peserta tidak tahu di mana letak villa yang akan kami tinggali selama acara itu. Kami hanya diperintahkan untuk berkumpul di suatu tempat, lalu mata kami semua ditutup. Lalu kami dituntun satu per satu menuju tempat itu.
Perjalanan yang harus kami tempuh cukup jauh. Apalagi dengan mata tertutup. Mengerikan sekali rasanya. Seolah-olah aku harus mempercayakan setiap langkahku pada seseorang yang entah akan membawaku ke mana. Dalam hati rasanya ingin sekali berteriak, "Hei!! Bagaimana kalau nanti aku tersandung?!?! Bagaimana nanti kalau aku terjatuh?!? Atau bagaimana nanti kalau kamu yang menuntun aku tiba-tiba tersesat?!?! Siapa yang mau tanggung jawab???" Aku takut, aku khawatir. Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti saja ke mana orang itu pergi. Karena bila aku tidak mengikuti dia, sudah pasti aku akan lebih tersesat lagi karena aku "buta".
Well, dari pengalaman selama 15 menit itu, aku teringat akan bagaimana Tuhan menuntun hidup kita selama kita ada di dunia ini. Dulu, waktu aku belum mengenal Tuhan, aku berjalan "seenak jidat" saja. Seolah-olah seperti orang "buta" yang berjalan sendirian tanpa memegang tongkat penuntunnya. Akhirnya, seringkali aku tersandung, jatuh, dan menangis, seringkali aku merasa sangat sendirian dan kesepian, seringkali aku merasa bingung dengan tujuan hidupku, merasa bosan, penat, dan jenuh menghadapi hari esok ku.
Tapi, sejak aku mengenal Tuhan, aku menyerahkan tanganku ke dalam gengaman-Nya. Aku tidak lagi berjalan sendirian, karena ada seorang penolongku yang akan selalu membimbing aku di jalan yang benar. Dia adalah Gembalaku yang baik, yang membaringkan aku di padang rumput yang hijau. Aku tidak lagi khawatir dan takut akan setiap jalan yang ada di depanku. Sekalipun jalan itu seolah-olah berkabut dan tidak ada yang tahu apa yang ada di ujung jalan itu, aku tidak khawatir karena aku percaya Dia akan selalu menuntunku ke air yang tenang. (Mzm 23)
Teman, berjalan dalam kegelapan memang menakutkan. Tapi hanya orang yang percaya yang dapat berjalan dalam kegelapan dengan kepala yang tegak. Kenapa? Karena dia percaya kepada Penuntunnya. Andaikan saja saat aku dituntun waktu itu aku tidak percaya pada orang yang memegang tanganku, aku tidak akan mau berjalan. Pilihannya hanya 2:
"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh 20:29b)
GBU alwayz... ^^
© hiLda 2009
Baca selengkapnya...
Perjalanan yang harus kami tempuh cukup jauh. Apalagi dengan mata tertutup. Mengerikan sekali rasanya. Seolah-olah aku harus mempercayakan setiap langkahku pada seseorang yang entah akan membawaku ke mana. Dalam hati rasanya ingin sekali berteriak, "Hei!! Bagaimana kalau nanti aku tersandung?!?! Bagaimana nanti kalau aku terjatuh?!? Atau bagaimana nanti kalau kamu yang menuntun aku tiba-tiba tersesat?!?! Siapa yang mau tanggung jawab???" Aku takut, aku khawatir. Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti saja ke mana orang itu pergi. Karena bila aku tidak mengikuti dia, sudah pasti aku akan lebih tersesat lagi karena aku "buta".
Well, dari pengalaman selama 15 menit itu, aku teringat akan bagaimana Tuhan menuntun hidup kita selama kita ada di dunia ini. Dulu, waktu aku belum mengenal Tuhan, aku berjalan "seenak jidat" saja. Seolah-olah seperti orang "buta" yang berjalan sendirian tanpa memegang tongkat penuntunnya. Akhirnya, seringkali aku tersandung, jatuh, dan menangis, seringkali aku merasa sangat sendirian dan kesepian, seringkali aku merasa bingung dengan tujuan hidupku, merasa bosan, penat, dan jenuh menghadapi hari esok ku.
Tapi, sejak aku mengenal Tuhan, aku menyerahkan tanganku ke dalam gengaman-Nya. Aku tidak lagi berjalan sendirian, karena ada seorang penolongku yang akan selalu membimbing aku di jalan yang benar. Dia adalah Gembalaku yang baik, yang membaringkan aku di padang rumput yang hijau. Aku tidak lagi khawatir dan takut akan setiap jalan yang ada di depanku. Sekalipun jalan itu seolah-olah berkabut dan tidak ada yang tahu apa yang ada di ujung jalan itu, aku tidak khawatir karena aku percaya Dia akan selalu menuntunku ke air yang tenang. (Mzm 23)
Teman, berjalan dalam kegelapan memang menakutkan. Tapi hanya orang yang percaya yang dapat berjalan dalam kegelapan dengan kepala yang tegak. Kenapa? Karena dia percaya kepada Penuntunnya. Andaikan saja saat aku dituntun waktu itu aku tidak percaya pada orang yang memegang tanganku, aku tidak akan mau berjalan. Pilihannya hanya 2:
- Aku diam saja di tempat
- Aku berjalan sendiri dengan kondisi mata tertutup
"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh 20:29b)
GBU alwayz... ^^
© hiLda 2009