12 November 2012

Detour

"Nyasar" seringkali bukan disebabkan karena kita tidak tahu tempat yang menjadi tujuan kita. Seringkali kita "nyasar" karena kita ragu-ragu akan jalan yang harus kita tempuh untuk mencapai tujuan kita. Kita bingung apakah harus belok kiri atau belok kanan. Mungkin kita tahu belokan yang mana yang seharusnya kita ambil. Tapi karena kita tidak yakin, kita mengambil jalan yang salah. Ketika kita dihadapkan pada belokan berikutnya di jalan yang salah tersebut, kita mengambil belokan yang salah lagi, sehingga akhirnya kita "nyasar" semakin dalam.

Teman, baru saja aku menyadari bahwa "nyasar" itu wajar. Kita tidak akan pernah selalu 100% benar. Kita akan selalu membuat kesalahan yang menyebabkan kita harus "nyasar". But believe me, our God is awesome! He can always turn things around. Se-nyasar apapun kita dalam kehidupan kita ini, tidak akan pernah ada "nyasar" yang tidak berguna di dalam tangan-Nya. Semua yang terjadi diukir dengan begitu teliti dan indah untuk menghasilkan sebuah mahakarya yang sempurna.

Honestly, in this life, we are allowed to take a little detour. But the most important thing is, while you are taking your little detour, never let the Hands of God go. Always hold it tight so you'll know when is your little detour must end and you must go back to your own road. Enjoy the detour and take every lesson that you can in it. He always know how to get you back on the road...


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...

28 September 2012

Be You

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16)


Percaya ngga kalau dunia ini bisa tetap berputar hanya karena setiap individu di dalamnya itu berbeda-beda? Coba bayangkan bila semua orang di dunia ini adalah petani, lalu siapa yang akan jadi presiden? Atau bila semua orang di dunia ini adalah presiden, lalu siapa yang akan menanam padi untuk kita makan? Bayangkan bila semua orang adalah manager, lalu siapa yang akan membangun rumah? Atau bila semua orang adalah arsitek, siapa yang akan memimpin perusahaan?

Sebenarnya, tidak ada profesi apapun yang lebih baik dari profesi yang lainnya. Begitu pun sebaliknya, tidak ada profesi apapun yang lebih buruk dari profesi yang lain. Jangan pernah kamu berpikir bahwa menjadi seorang pembantu rumah tangga itu lebih buruk daripada menjadi seorang manager. Tanpa pembantu rumah tangga yang baik dan jujur, seorang manager yang hebat sekalipun tidak akan dapat meninggalkan rumahnya dengan tenang. Tidak ada yang mencuci piring, mencuci baju dan mengepel lantai rumah setiap hari. Jangan juga pernah kamu berpikir bahwa menjadi seorang manager itu lebih baik daripada menjadi seorang pembantu rumah tangga. Seorang manager harus menanggung tanggung jawab yang besar untuk perusahaannya dan mungkin dia tidak bisa menikmati enaknya nonton TV di sore hari sambil minum teh seperti yang dapat dengan mudahnya dilakukan para pembantu rumah tangga.

Ya, tidak ada yang lebih baik juga tidak ada yang lebih buruk. Semuanya yang kita lakukan itu membentuk sebuah sinergi yang dapat membuat dunia berputar. Apa yang kita perbuat saat ini akan juga mempengaruhi hidup seseorang di saat nanti. Apapun itu yang kita lakukan. Tak peduli seberapa kecil, tak peduli seberapa besar. Semuanya itu memberi kontribusi yang berarti bagi dunia, tak peduli sesederhana apapun.

Teman, kita semua diciptakan berbeda-beda. Tak ada satu orang manusia pun yang dapat melakukan segala sesuatunya di dunia ini. Kita semua pasti membutuhkan bantuan orang lain. Dan orang lain pun pasti akan membutuhkan bantuan kita. Hanya saja sayangnya, seringkali kita terjebak dalam melakukan suatu hal bukan merupakan area keahlian kita. Sehingga ketika kita melakukannya, kita tidak memberikan hasil yang terbaik. Kita sering terjebak dengan pola pikir kebanyakan orang. Katanya menjadi akuntan itu gajinya besar. Katanya menjadi programmer itu mudah mendapatkan pekerjaan. Padahal yang benar-benar dibutuhkan dunia adalah seseorang yang benar-benar hebat dalam bidangnya. Apapun bidang itu.

Temanku, jadilah hebat dalam bidang yang benar-benar adalah bidangmu. Jangan biarkan dirimu terjebak dan sinarmu menghilang. Aku percaya bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan seorang pecundang. Maka, apapun bidangmu itu, bila kamu melakukan yang terbaik dan mempersembahkannya pada Tuhan, aku yakin kamu pasti akan menjadi pemenang. Jangan pernah takut untuk menampilkan dirimu apa adanya.

Ketika kamu harus menjadi pramusaji, layanilah pelangganmu dengan senyuman terbaikmu. Ketika kamu menjadi seorang pemimpin, jadilah pemimpin terbaik yang adil dan mengasihi semua anak buahmu. Dan ketika kamu menjadi kamu yang terbaik, dunia ini akan lebih banyak lagi memiliki pemenang dan menjadi lebih indah lagi. Be you, just the way you are. And be the best that you can be.

-As published in Marvel PDKK Binus September 2012-


GBU Alwayz... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...

20 Agustus 2012

Start with Gratitude

“Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ…” (Yoh 6:11)

Nina adalah seroang gadis yang baik hati. Dia memiliki seorang tetangga yang tinggal sendirian bernama Nenek Tuti. Karena merasa kasihan pada Nenek Tuti yang kesepian, Nina membawakannya sepotong kue buatannya setiap hari. Ketika kali pertama Nenek Tuti menerimanya, Nenek Tuti sangat terharu dan berterima kasih. Namun setelah sebulan lewat, Nina yang biasanya membawakan kue tepat pukul 9 pagi setiap hari, tiba-tiba terhambat di jalan sehingga terlambat mengantarkan kuenya. Karena itu, Nenek Tuti mengambil kue dari Nina dengan muka yang marah lalu menutup pintu depan rumahnya di depan muka Nina tanpa mengucapkan terima kasih sama sekali.

Aku rasa, tokoh Nenek Tuti dalam cerita di atas itu sangat konyol. Bila kue yang diterimanya itu gratis, mengapa dia harus marah bila Nina terlambat mengantarkannya? Karena kue itu sejak semula pun bukan hak Nenek Tuti, melainkan bentuk belas kasihan dari Nina kepada Nenek Tuti. Tapi sadarkah kita, bahwa kita pun sering melakukan hal yang sama kepada Tuhan? Karena kita telah selalu menerima sinar matahari pagi setiap hari, nafas kehidupan setiap hari, langit yang biru setiap hari, maka kita berpikir bahwa hal-hal kecil semacam itu tidak perlu disyukuri lagi. Padahal, semuanya itu bukanlah hak kita sama sekali.

Tuhan mengajarkan kita untuk bersyukur setiap waktu. Ya, karena tanpa bersyukur kita tidak akan dapat melihat keajaiban di dalam setiap hal yang ada di sekitar kita. Bahkan hal yang paling kecil dan sederhana sekalipun. Dalam Injil hari ini pun, Yesus memulai mukjizat-Nya lewat ucapan syukur kepada Allah Bapa. Bahkan Yesus pun masih tetap mengucapkan syukur kepada Allah Bapa. Siapakah kita manusia ini sehingga boleh lupa mengucapkan syukur pada-Nya?

Berapa banyak aku bersyukur dalam satu hari? Hal apa yang masih sering terlewatkan olehku untuk kusyukuri?

-As published in Bahasa Kasih April 20th 2012-


GBU alwayz... ^_^

Baca selengkapnya...

28 Juni 2012

Irresponsible

Kejadian ini terjadi hari ini, beberapa jam yang lalu. Pagi ini aku melintas di salah satu jalan besar di Jakarta. Ketika sedang santai menyetir sambil mendengarkan CD, tiba-tiba kaca spion kiriku disenggol oleh pengendara motor dari belakang. Aku kaget dan sempat mengerem sebentar sambil membunyikan klakson pada orang itu. But, the epic part is, dia membuka kaca helmnya lalu berteriak, "G*bl*k!!". Hah?!?! Gak salah tuh?!?!

Okay, this is insane, karena jelas-jelas motor itu yang menabrakku dari belakang. Aku sedang berjalan lurus dengan santai di jalur paling kanan. Jelas-jelas dia yang salah, tapi bukannya minta maaf, dia malah memaki aku? Sopan sekali itu orang ya...

Semakin hari, orang-orang rasanya memang semakin kehilangan akal sehatnya, terutama di jalan raya. Entah karena faktor kemacetan Jakarta yang sudah tidak tertahankan, atau karena faktor stres yang semakin meningkat di ibukota ini. Sepertinya tidak ada ruang untuk sekedar beristirahat dan menghirup udara segar di Jakarta ini. Ke mana pun aku pergi, bila tidak menyalakan AC lalu membuka kaca jendela mobil, yang bisa aku hirup hanyalah debu dan asap kendaraan bermotor. Anyway, memang tingkat polusi Jakarta sudah jauh melampaui batas kesehatan dari WHO sih.

Tetapi, semenyebalkan apapun kondisi jalan raya sekarang, itu bukanlah alasan untuk bertindak tidak bertanggung jawab seperti ini. Rasanya, orang jaman sekarang lebih suka untuk mangkir dari kesalahan mereka dan melimpahkan masalah itu pada orang lain. Si pengendara motor itu selayaknya minta maaf atas kesalahannya. Aku pun tidak akan mempermasalahkan apapun. Tapi bukannya minta maaf, dia malah sok-sok bertindak sebagai korban dan menjadikan aku seorang tertuduh yang menyenggol motornya dengan memakiku. Ermmm... That is insane...

So guys, my point is, don't be like that. When you do something wrong, admit it. If you need to apologize, do it. Don't be an irresponsible person, because the world is really lack of a truly responsible leader person. May you be one of them.


GBU alwayz... ^_^

Baca selengkapnya...

20 Juni 2012

Elang dan Kalkun

Artikel ini menceritakan Kisah Elang dan Kalkun.

Dahulu kala, Elang dan Kalkun adalah sahabat baik. Mereka sering terbang bersama, mencari makanan dan menghabiskan waktu dengan melintasi udara.

Zaman dahulu kalkun dapat terbang setinggi elang dan dengan tubuh rampingnya ia dapat mencari makanan dengan gesit bersama elang.

Bukan sesuatu yang janggal bila ada elang pastilah di sana terdapat kalkun menemaninya dan manusia pun merasa hal itu adalah sesuatu yang wajar.

Di suatu hari yang terik saat keduanya sedang asik terbang, kalkun berkata pada elang “Mari kita mencari makan, perutku mulai merasa lapar” dan elang menyetujuinya.

Turunlah elang dan kalkun di sebuh peternakan yang besar milik seorang petani, tiba-tiba ketika sedang mencari makan di rindangnya pepohonan, seekor sapi yang lewat mempersilahkan elang dan kalkun untuk mengambil jagung yang sedang dimakan sapi.

“Silahkan ambil jagung ini jika kalian mau”.

Elang dan kalkun pun terkejut, baru kali ini mereka ditawari makanan, selama ini mereka harus mencari makanan sendiri, terbang bermil-mil jauhnya dan tidak pernah berpikir apa yang akan dimakan besok, karena mereka harus berburu untuk makan.

“Mengapa kau memberikan jagung ini kepada kami?”, tanya elang kepada sapi. “Kami di sini memiliki banyak makanan, petani selalu memberikan kami makanan dan kami tidak perlu mencari apapun, seluruh makanan enak selalu tersedia untuk kami tiap hari”.


Betapa terkejutnya Elang dan kalkun saat mendengar jawaban sapi. Dengan lahapnya elang dan kalkun memakan hidangan yang diberikan sapi.


Keesokan harinya elang dan kalkun datang lagi ke peternakan dan memakan makanan yang disajikan dengan penuh kesenangan.

Hari pun terus berlalu dengan makanan yang berkelimpahan hingga suatu hari kalkun berkata pada elang “Sahabatku, sebaiknya kita tetap di sini, di peternakan ini kita tidak perlu bersusah payah mencari makanan semua tersedia hanya untuk kita”.

Elang pun menjawab dengan penuh pertimbangan, keinginannya untuk berpetualang dan menemukan hal baru serta menerima tantangan baru tiap hari dan menikmati kemerdekaannya untuk terbang bebas membuat Ia enggan untuk menerima ajakan kalkun.

Kalkun tetap dengan keputusannya untuk tetap tinggal dan elang mengucapkan salam perpisahan kepada teman lamanya kalkun, sambil terbang tinggi di angkasa.

Hari berganti hari, kalkun dengan kehidupan di peternakan dipenuhi dengan kenikmatan makanan yang berlimpah dan setiap hari yang santai sehingga tubunya menjadi gemuk, Ia pun tidak pernah terbang lagi karena untuk menemukan makanan ia cukup berjalan menggunakan kakinya.

Hingga di suatu malam, kalkun mendengar istri sang petani akan memasak hidangan kalkun panggang untuk merayakan Thanksgiving, kalkun merasa terancam dan memutuskan untuk pergi dari peternakan tersebut, namun tanpa ia sadari keahliannya untuk terbang sudah leyap, ia hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya yang terbebani oleh bobot badannya yang berat.

Dan di hari Thanksgiving sang petani pun melahap sajian kalkun panggang yang lezat.

Dari cerita ini , kita dapat menarik pelajaran bahwa saat Anda menyerah terhadap tantangan hidup, terlalu lama berdiam di comfort zone dan mencari keamanan tanpa pernah mencoba meraih yang lebih baik, saat itulah Anda akan terperangkap dalam kenyamanan semu, sampai suatu hari Anda menyadari dan menyesali potensi besar yang Anda sia-siakan dalam hidup Anda dan saat itu tidak ada lagi kesempatan yang tersisa.

Menurutku, tidak ada yang salah dengan menyukai comfort zone. Karena comfort zone itu memang menyenangkan. Dan di tempat seperti itulah kita bisa rehat dari semua kesibukan yang lain. Comfort zone akan menjadi berbahaya ketika comfort zone itu mulai memanjakan kita sehingga kita tidak lagi memiliki tujuan yang jelas akan keberadaannya. Comfort zone itu mulai menjadi berbahaya ketika kita mulai keenakan tinggal di sana. Kita bukan hanya beristirahat, tetapi juga mulai menjadi malas bergerak dan berkembang saking enaknya. Tempat seperti inilah yang dapat membunuh semua potensi yang ada di dalam diri kita.

Kenali comfort zone yang berbahaya itu. Bila kamu ada di dalamnya, cepat-cepatlah bulatkan tekadmu untuk keluar dari sana. Karena hidupmu cuma satu kali dan terlalu berharga untuk disia-siakan begitu saja.


GBU alwayz... ^_^

PS: Thanks to Renee for sharing this story.... =)

Baca selengkapnya...

08 April 2012

1 Cahaya Untuk Semua

Prosesi cahaya lilin di Malam Paskah merupakan sesuatu yang sangat indah buatku. Lilin-lilin yang dipegang oleh umat, semuanya dinyalakan hanya dari 1 sumber api, yaitu lilin paskah yang dinyalakan di atas altar saja. Pertama-tama para putra altar yang menyalakan lilin mereka dari lilin paskah tersebut. Lalu mereka berkeliling menyebarkan api tersebut kepada seluruh umat di gereja supaya semua orang dapat menyalakan lilinnya. Dengan cara itulah, adegan yang indah seperti ini dapat terjadi:


Sore tadi aku sampai di gereja agak mepet, jadi aku mendapat tempat duduk di luar. Ketika menjalani prosesi lilin ini, lilin yang aku pegang berkali-kali padam karena hembusan angin yang kencang di sekitar tenda di luar gereja. Ternyata bukan hanya aku saja yang mengalaminya. Banyak orang lain pun yang lilinnya padam karena tertiup angin. Tapi untunglah, ketika lilinku padam, aku tidak perlu lagi mencari putra altar yang menyalakan lilinku pada awalnya. Ataupun aku tidak perlu naik ke altar untuk menyalakan lilinku sendiri dari lilin paskah. Karena orang-orang di sekitarku sudah memegang lilin yang menyala. Jadi yang perlu aku lakukan hanyalah meminta api dari orang di sebelahku.

Lalu aku sadar, seharusnya seperti itu juga lah kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita mendapat berkat dan penghiburan, entah dari misa hari Minggu di gereja atau dari persekutuan rohani kita, api lilin kita kembali berkobar. Seharusnya, bila kita bertemu orang lain yang apinya padam, kita dapat dengan mudah menyalakan kembali api orang itu dengan membagi api yang telah kita miliki. Tapi seringkali kita lebih suka untuk menyimpan api itu sendiri saja dan tidak mau peduli akan keredupan hidup orang itu. Kita terlalu senang dan puas akan nyala api kita sendiri sehingga kita tidak peduli lagi bila dunia sekitar kita menjadi redup dan gelap. Yang penting kita sudah menemukan cahaya, jadi kita tidak peduli apakah tetangga kita atau keluarga kita yang lain sudah menemukan cahaya itu juga atau belum.


Atau mungkin yang lebih sering terjadi adalah, kita bahkan tidak memiliki cahaya itu sama sekali. Mungkin saat ada orang lain yang menawarkan cahaya itu, kita menolak untuk bersinar dan lebih suka untuk tetap menjadi redup. Kita terlalu betah dengan keredupan di sekitar kita sehingga cahaya yang terlalu terang terasa menyakitkan mata kita dan membuat kita menjadi tidak nyaman.

Bayangkan, betapa indahnya dan mudahnya bila sekitar kita dipenuhi dengan cahaya. Kita tidak perlu berjalan terlalu jauh atau berusaha terlalu keras untuk dapat bercahaya juga. Karena cahaya itu dapat dengan mudah kita dapatkan dari sekeliling kita. Namun sayangnya, banyak orang jaman sekarang yang lebih suka untuk tidak bercahaya. Atau lebih suka menampilkan cahaya yang palsu. Atau bahkan merasa bangga karena tidak memiliki cahaya tersebut sekalipun. Dengan semakin banyaknya mental semacam ini, generasi kita akan semakin menjadi generasi yang redup dan gelap. Karena bahkan sekalipun ada seseorang yang ingin bercahaya, dia kesulitan untuk menemukan sumber cahaya tersebut. Manusia bukanlah makhluk yang dapat mengeluarkan cahaya dengan sendirinya seperti kunang-kunang. Kita perlu sumber cahaya, dan hanya Tuhan lah sumber cahaya sejati yang tidak akan pernah padam. 

Teman, jangan tolak cahaya itu bila Dia datang kepadamu. Mari kita bercahaya dengan semakin terang, agar semakin banyak orang muda generasi ini yang dapat bercahaya dengan indah bagi dunia.

Happy Easter, bro & sis...
God Loves You and I forever... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...

21 Maret 2012

Unnecessary Words

Konon, katanya, saat kita mati nanti, kita harus mempertanggungjawabkan semua kata-kata yang pernah kita ucapkan. Apakah kita memberkati orang lain dengan kata-kata kita? Ataukah kita mengucapkan kata-kata yang tujuannya memang untuk menyakiti hati orang lain?

Ada sebuah kisah di suatu suku pedalaman. Suatu hari mereka ingin menebang sebuah pohon yang sudah sangat tua dan sangat besar. Namun kapak mereka tidak cukup kuat untuk menumbangkan pohon tersebut. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka mengumpulkan semua orang muda di suku tersebut, lalu meneriaki pohon itu. Mereka melakukannya sepanjang hari selama berhari-hari. Lalu apa yang terjadi? Setelah berhari-hari diteriaki, pohon itu menjadi kering dan rapuh. Daun-daunnya berguguran. Sehingga akhirnya, mereka bisa menebang pohon itu menggunakan kapak mereka.

Sebenarnya apa yang terjadi ketika pohon itu diteriaki terus menerus selama berhari-hari? Ya, memang benar, mulut manusia memiliki kuasa yang besar. Ketika kita mengucapkan sesuatu, kita memiliki kuasa untuk menyuburkan atau menghancurkan lawan bicara kita. Apa yang kita ucapkan, walaupun mungkin tidak kasar, bila dalam konteks yang salah, dapat menyakiti lawan bicara kita. Contoh:
Udin: "Cok, lo tahu ga Ahmad Dhani cerai sama Maia?"
Ucok: "Yaelah, lo baru tau?? Dah basi kaleeeee..."

Apa yang ucok katakan itu tidak kasar. Tapi sebenarnya cukup menyakitkan. Contoh yang lain lagi:
Udin: "Cok, gimana sih caranya bikin autotext di BBM?"
Ucok: "Hah? Bikin autotext aja lo ga tau? Itu kan gampang banget. Anak TK aja bisa kaleee..."

Okay, itulah yang aku maksud dengan unnecessary words. Kalimat-kalimat yang diucapkan Ucok adalah kalimat ga penting yang sebenarnya bila tidak dikatakan pun tidak akan menghilangkan atau mengurangi maksud dan tujuan sebenarnya dari pembicaraan tersebut. Artinya, Ucok bisa menjawab pertanyaan Udin tanpa menggunakan kalimat komentar yang menjatuhkan harga diri Udin. Dalam kalimat Ucok yang pertama, tanpa sadar Ucok menempelkan lebel "BASI" di jidat Udin. Dalam kalimat Ucok yang kedua, tanpa sadar Ucok menempelkan lebel "BODOH" di jidat Udin.

Come on guys, memang perkataan semacam ini sudah semakin lazim diucapkan. Dan memang, tidak semua orang akan langsung merasa tersinggung akan hal-hal kecil seperti ini. Tapi pikirkanlah betapa ga-penting-dan-ngabisin-tenaga-nya kata-kata semacam ini. Kata-kata semacam ini sama sekali tidak membangun. Kata-kata semacam ini sama saja dengan teriakan-teriakan yang dikeluarkan orang-orang suku pedalaman pada cerita di atas itu kepada pohon yang hendak mereka tumbangkan. Pada akhirnya, kata-kata ini hanya akan mengeringkan orang yang menjadi lawan bicara kita. Merusak. Dan membuat dia mudah untuk ditumbangkan orang yang lain lagi.

Firman Tuhan berkata:
"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Ams 18:21)

Ada juga pepatah demikian:
"Mulutmu harimaumu"

Jadi, memang lidah dan mulut kita ini memiliki kuasa yang luar biasa besar. Dan akan menjadi sangat indah sekali bila 2 percakapan di atas berubah menjadi seperti ini:
Udin: "Cok, lo tahu ga Ahmad Dhani cerai sama Maia?"
Ucok: "Tahu lah, itu kan udah lama. Sekarang kan Maia jadi independent woman yang keren abis gitu."

Udin: "Cok, gimana sih caranya bikin autotext di BBM?"
Ucok: "Oo, gampang koq. Sini gua ajarin caranya."

Percakapan yang indah dan membangun, tanpa sesi pelabelan kepada sang lawan bicara. Aku percaya, bila percakapan yang berlangsung menjadi seperti ini, Ucok akan senang karena mendapat info baru, Udin pun akan senang karena tidak perlu capek-capek mengeluarkan kalimat yang ga penting.

Aku pun masih terus berusaha untuk menghilangkan kebiasaan semacam ini. Dan memang kata-kata semacam ini sering mengalir begitu saja dari mulut kita tanpa kita sadari sama sekali saking sudah terbiasanya. Tapi mari kita ubah kebiasaan kita. Ingatlah, kebiasaan-kebiasaan kita akan berubah menjadi karakter kita. Bila kita melakukan kebiasaan yang baik, maka karakter kita pun akan menjadi baik.


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...

12 Maret 2012

K-Con Part 5: The Listener

This is the last part of Bo's Leadership Session. Untuk menjadi pemimpin yang baik, kita harus dapat mendengarkan dengan baik pula. Ada 3 orang yang harus kita dengarkan. Check it out...




Listen #3 that I don't get the chance to record is: LISTEN TO YOUR MENTORS. Because only a humble leaders seek for mentors.

Dan kesimpulan terakhir dari sesi ini adalah:
A leader must constantly growing.
When leader stop growing, his members will stop growing too.
How? Be humble!

Aku pribadi paling menyukai bagian ini dari keseluruhan session. Saat Bo berkata: "When your customer stops buying from you, you don't say 'Bad customers!'". That is just so true. And I like this line too: "When your members stop attending your meeting, there is nothing wrong with your members. There is something wrong with your meeting." Haha. That's, once again, is just sooo true.

Hope you'll be blessed with my documentation of this session. Let's change Indonesia by being a better leader.

God bless Indonesia... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...

19 Februari 2012

Little Miss Perfect

Somehow, aku teringat akan sebuah percakapan antara Quinn dan Shelby di Serial TV Glee season 3:


Quinn: Yeah, well, I'm not going back to being that girl. Little miss blonde perfect.
Shelby: Quinn, were you ever really that girl? I mean, would that kind of girl even get pregnant in the first place?

Kalau kalian suka menonton serial TV ini, kalian pasti tahu bahwa Quinn hamil di luar nikah saat dia masih duduk di bangku sekolah (high school). Sebenarnya, dia adalah seorang gadis yang "perfect": kapten cheerleader, populer, memiliki keluarga yang terhormat. Tapi sayangnya, karena dia hamil di luar nikah, dia harus menyerahkan bayinya kepada Shelby untuk diadopsi, karena dia belum mampu menjadi orang tua.

Sejak itu, Quinn berusaha menjadi populer lagi. Dia ingin memiliki kembali kejayaannya di masa lalu. Namun dia gagal. Sehingga dia mengubah citra dirinya menjadi seorang cewek berandalan yang dekil. Dia ingin meninggalkan citra dirinya yang "perfect". Dan berubah menjadi orang yang lain sama sekali.

There's something funny about the above conversation. Dalam hatinya, Quinn tetap selalu berpikir bahwa dia adalah seorang gadis yang sempurna. Sekalipun dia hamil di luar nikah, dia tetap berpikir bahwa dia adalah gadis yang sempurna. Padahal kenyataannya, dia tidak pernah menjadi sempurna. Kenyataannya, tidak ada manusia yang sempurna.

Kesalahan terbesar manusia adalah ketika dia berusaha mati-matian untuk menjadi yang paling sempurna. You know what, you'll never be perfect. Karena dengan menjadi sempurna, artinya tidak ada lagi tempat untuk kesalahan. When you always want to be perfect, any mistakes will be unforgivable. That's hurt. Because you'll never not making any mistakes. People always make mistakes all the time.

Aku rasa inilah kesalahan terbesar dalam diriku yang sampai saat ini pun masih terus menjadi pergumulanku. Aku pikir, aku harus menjadi sempurna supaya orang lain bisa mencintaiku. Aku pikir, bila aku melakukan kesalahan maka aku tidak layak untuk dicintai. Ternyata aku salah. Karena ketika aku berpikir seperti itu, maka aku pun tidak akan pernah membiarkan orang yang aku cintai melakukan kesalahan sedikit pun terhadapku. And that really hurts. Karena sesempurna apapun cinta orang itu kepadaku, dia akan tetap melakukan kesalahan, baik sadar maupun tidak sadar. Sehingga bila aku terus mengharapkan dia untuk mencintaiku tanpa cacat dan cela, justru aku yang akan selalu terluka.

I am wrong. I think it all wrong all the time. I can never be the Little Miss Perfect, a girl who always right all the time. I think I have to forgive myself for committing some mistakes sometime. Because making mistakes doesn't turn you into someone who is unworthy. It's common. It proves us that we are human. And it enables me to love someone who is not perfect too. Because we are equal. Because I allow him or her to make mistakes too.

I love my father and mother. I love my sisters too. I love my family. I know that they are not perfect. And it takes a lot of humility to finally say and understand and realize that we are not perfect. And I want to stop being a Little Miss Perfect too. I really do. I just want to be an ordinary girl who gives spaces for mistakes in my life. And I just want to love them with my imperfect love. And hope that it will be enough for them to forgive all of my mistakes.

And you know what, Shelby juga mengatakan hal yang sama pada Quinn selanjutnya:

Shelby: First step to becoming an adult: Stop punishing yourself for things you did when you were a child.

So, let's stop being a child. And forgive ourselves for being imperfect.


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2012


Baca selengkapnya...

15 Februari 2012

K-Con Part 4: The Reality

And here is the most important message of this session. Somehow we always expect something supernatural to happen when it comes to God's will. But actually, God speaks as loudly as He can through REALITY. What is that mean? Check this out:



Kita mungkin tahu kenyataan yang ada di depan mata kita. Tapi kadang kita tidak memiliki kerendahan hati untuk mau mengakui pahitnya kenyataan tersebut. So, it requires humility to be able to realize the real reality, I think.

Masih ada 1 video lagi untuk sesi ini. Nantikan post-ku selanjutnya ya.

GBU alwayz ^_^

© hiLda 2012


Baca selengkapnya...

01 Februari 2012

Indonesia Tanah Air Beta: The Truth of “Permohonan Paspor Online”

Indonesia adalah negara yang menggoda. Menggoda untuk lebih memilih jalan yang dianggap lazim oleh banyak orang walaupun sebenarnya salah.

Minggu lalu saya benar-benar dijui kesabarannya. Padahal yang saya lakukan sangat-sangat sederhana dan biasa: mengganti buku paspor. Dari awal memang semua orang menyarankan, “Pake calo aja, daripada repot bolak balik. Belum lagi nunggunya.” Well, I was tempted actually, but my heart says, “Let’s try this the right way.”

So, dengan memanfaatkan teknologi informasi yang kian canggih, aku mencoba aplikasi permohonan ganti buku paspor lewat web site (www.imigrasi.co.id). Sempat hampir putus asa untuk memasukkan aplikasi online, karena berkali-kali aku mencoba, selalu putus di tengah. Seolah-olah server-nya tidak memberi respon sama sekali (dan FYI, web site DirJen Imigrasi ternyata menggunakan Joomla. OMG?!?! Can’t they find a REAL PROGRAMMER to create such a public service web site?? *sigh*). Setelah seharian mencoba, akhirnya sukses juga mendaftar online. Dan aku pun mendapat surat bukti permohonan aplikasi online.

Pada hari yang ditentukan, aku sudah sampai di kantor imigrasi sejak pukul 7.30 pagi. Aku mengantri di bagian Customer Care untuk mendapatkan formulir tertulis (karena walaupun kita sudah mendaftar online, kita tetap perlu mengisi formulir tertulis. OMG!! Can’t they find a good consultant to make a more reasonable business process?!?!). Segera setelah selesai mengisi formulir, aku mengambil nomor antrian. Dan ternyata disediakan loket khusus untuk aplikasi online. Aku mendapat antrian no. 10.

Mulai mengantri pukul 8.30, aku baru mendapat giliran menyerahkan berkas ke loket pukul 9.30. Cukup lama ya, padahal cuma menyerahkan berkas saja. Setelah itu aku diminta untuk menunggu lagi hingga dipanggil namanya di loket 5.

Selama menunggu itu, rupanya berkas-berkasku diverifikasi oleh para petugas. Coba tebak, jam berapa namaku baru dipanggil? Namaku baru dipanggil pukul 11.00. Yap, 1,5 jam hanya untuk memverifikasi berkas-berkas yang sebenarnya sudah aku upload secara online beberapa hari yang lalu. OMG?! What are they doing all those days before my appointment day? *sigh again*. And you know the funny part? Selama 2,5 jam menunggu di sana, aku memperhatikan ada beberapa orang calo yang terus datang bolak-balik ke loket. Berbicara sebentar, tahu-tahu diserahi banyak dokumen. Ada orang-orang yang baru saja datang ditemani calonya, langsung melangkah ke loket tanpa mengantri, lalu langsung mendapatkan nomor antrian untuk ke kasir. Dari nomor antrian ke 10, aku mendapat nomor antrian ke-70 untuk membayar di kasir *ngelus dada*.

Luar biasa ya negara kita. Dan coba tebak, pukul berapa aku baru selesai mengurus semuanya? Pukul 13.30. Bayangkan, pukul 8.00 - 13.30, artinya 5,5 jam hanya untuk mengganti buku paspor. Tidak masuk akal!!

Lucu sekali bagaimana negara kita ini beroperasi. DirJen Imigrasi adalah salah satu kantor yang paling ramai didatangi publik. Masa iya membeli web site yang bermutu saja tidak bisa? Dan yang lebih ironisnya lagi adalah spanduk ini:
(Klik pada gambar untuk melihat lebih jelas)
Look how our government do a really terrific job to lick his own a**. Dengan lantang mereka bilang menentang tindak percaloan dan korupsi. Kenyataannya, para calo diberi name tag khusus bahkan disediakan ruangan khusus untuk menunggu dan beroperasi. *ANCUURRRR DAHH*. Honestly, it’s really sad to look at those facts. Bagaimana bangsa Indonesia bisa maju dengan memiliki pemimpin yang bermuka dua. 

Tapi 1 hal yang aku sadari, aku sama sekali tidak menyesal menghabiskan waktu 5,5 jam untuk mengajukan penggantian buku paspor secara legal. Tidak akan ada asap bila tidak ada api. Calo itu seperti asap. Dan kita-kita yang malas menunggu dan melakukan tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik lah yang menjadi apinya. Memang menyebalkan, birokrasi Indonesia (khususnya Jakarta, karena di Bandung tidak separah ini) sudah amat sangat bobrok. Ketika sesuatu sudah amat sangat hancur, perbaikan sekecil apapun pasti akan sangat berarti. Seperti sebuah larutan yang sangat asam, bila diberi air sedikit saja akan langsung terasa perbedaannya.

Aku rasa, bila seluruh warga Indonesia mau melakukan tanggung jawabnya, dan berhenti menjadi api, asap itu lama-kelamaan akan menghilang. Sedikit demi sedikit. Ini hanyalah sebuah cerita kecil tentang betapa rusaknya negara kita. Kalau kamu berharap, bahkan hanya sedikit saja, bahwa Indonesia suatu saat akan menjadi negara yang lebih baik, aku harap kamu bisa belajar juga untuk berhenti menjadi api. 

Mulailah dari sesuatu yang kecil supaya kita bisa melakukan sesuatu yang besar suatu hari nanti. Tidak ada gedung yang indah yang langsung jadi begitu saja. Semuanya harus dibangun sedikit demi sedikit dari pondasinya hingga ke atapnya. Mari kita membangun Indonesia yang lebih baik lagi. Apapun caranya, selama hal itu baik dan benar, walaupun menyebalkan dan mengesalkan, berusahalah melakukannya. Semoga 5 tahun ke depan ketika aku harus mengganti buku paspor lagi, Kantor Imigrasi Indonesia bisa menjadi tempat yang lebih bersahabat bagi warganya yang jujur.


God bless Indonesia... ^_^


© hiLda 2012


Baca selengkapnya...

22 Januari 2012

K-Con Part 3: The Humble Leader

In the previous talk, Brother Bo told us that the only pipeline to receive God's power is through humility. So here is the sequence after that talk.

At the beginning of this talk, Bo is assuming if we are in the middle of the street, stranded because our car is broken.. (I haven't get my camera ready at this time, so it kind of just skipped.. Sorry.. =p)

After that, you can see how he connect a mobile phone with our ability to receive God's power..



There are 2 more videos to finish this session. Please wait my next post. Hope you are blessed.

GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...