12 September 2011

Pain And Scar

Siapa yang ngga kenal dengan panda cute nan imut yang satu ini:
Cute Baby Po
Yup yup yup.. Dia adalah Po si Pendekar Naga (Dragon Warrior). Belum lama ini dia mulai beraksi di bioskop Indonesia. Maklum, karena aksi boikot-memboikot film Hollywood, Po jadi terlambat datang ke tanah air.

Anyway, aku kebetulan sudah menonton Film Kung Fu Panda 2 ini 2 kali. Dan walaupun sudah nonton untuk kedua kalinya, tetap saja aku tertawa habis-habisan dari awal hingga akhir film. Yang menarik, film ini bukan hanya sekedar lucu saja, tetapi juga menyuguhkan tampilan animasi yang luar biasa detail dan sempurna, juga cerita yang sangat menyentuh. *SPOILER ALERT*

Bagi yang sudah menonton (atau yang belum menonton tapi tidak keberatan untuk diberi bocoran alur cerita), pasti mengenal Lord Shen si Burung Merak. Putra Mahkota Gongmen City. Yang, bila bukan karena ambisinya untuk menguasai seluruh China, pasti sudah diwarisi tahta kerajaan oleh ayahnya.

Lord Shen The Peacock
Kedua orang tua Shen telah menebarkan banyak sukacita ke seluruh penjuru China lewat kembang api yang mereka ciptakan. Tetapi Shen tidak puas hanya dengan membuat kembang api. Dia menciptakan bahan peledak dari bahan pembuat kembang api. Lantas, bukan sukacita lagi yang ia tebarkan, melainkan perang dan kerusakan.

Dengan ambisinya yang membara untuk menguasai seluruh China, Shen berusaha untuk meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dia adalah seorang yang kuat dan tidak tertandingi. Tetapi muncul sebuah ramalan bahwa suatu hari dia akan dikalahkan oleh seorang pendekar panda. Panik dengan munculnya ramalan tersebut, Shen akhirnya mem-bumi-hangus-kan Desa Panda, tempat Po kecil tinggal. Desa Panda yang awalnya aman dan tentram akhirnya musnah dan hancur berantakan. Kecewa dengan tindakan Shen tersebut, akhirnya ayahnya mengusir dia dari Kota Gongmen.

Tahun berganti tahun, setelah kematian ayahnya, Shen kembali ke Kota Gongmen untuk merebut kembali tahtanya. Po yang telah tumbuh dewasa pun tanpa sengaja diberi tugas untuk menyelamatkan Kota Gongmen. Di sanalah dia bertemu muka dengan Shen. Po tidak pernah ingat akan apa yang terjadi pada Desa Panda hingga dia berhadapan dengan Shen. Beberapa kali ia terpukul jatuh hanya karena terbersit sekelumit ingatan akan Desa Panda-nya yang dihancurkan ketika ia masih kecil dahulu. Dan akhirnya, setelah dia dikalahkan oleh Shen dan hampir tewas, barulah dia kembali ke puing-puing Desa Panda dan mengingat kembali masa kecilnya yang dihancurkan oleh keegoisan Shen.

Po di Rumah Masa Kecilnya
Ketika mengingat hal ini pertama kali, Po pun merasa sedih dan hancur dan kalah. Namun, bukan Ksatria Naga namanya bila dia kalah begitu saja. Po pun bangkit untuk menghadapi armada meriam Shen. Berbekal ilmu "Inner Peace" yang diajarkan Master Shifu, Po berhasil menangkap semua peluru meriam yang ditembakkan armada kapal Shen dan menghancurkan semuanya.

Yang menarik, ketika Po berhadapan dengan Shen di detik-detik kekalahannya, Shen bertanya padanya: "Bagaimana kau melakukannya? Bagaimana kau bisa menemukan 'Inner Peace'?? Aku sudah menghancurkan hidupmu." Lalu Po menjawab, "Itulah masalahnya, Shen. Luka bisa sembuh. (Pains heal...)" Lalu Shen menjawab, "Luka memang bisa sembuh. Tapi bekasnya tetap ada. (Pain does heal. But scars did not)". Lalu Po menjawab, "Tidak, bekas luka pun bisa sembuh (No, scars heal too.)". Tapi Shen tetap bersikukuh bahwa bekas luka selamanya akan selalu ada. Dan dalam kemarahan dia menyerang Po sehingga membuat tiang kapal rubuh dan menimpa dirinya sendiri.

Secuplik percakapan di bagian klimaks cerita ini yang amat menyentuh saya. Ada 2 tokoh dalam percakapan ini: Shen yang selalu menyimpan lukanya seumur hidupnya dan Po yang meraskan luka dalam hidupnya tapi tidak memendamnya. Keduanya memiliki masalah yang sama: luka hati. Tapi keduanya memiliki paradigma yang berbeda. Sehingga keduanya memiliki akhir cerita yang berbeda pula:
1. Shen, mati dalam kemarahannya dan karena kecerobohannya sendiri
2. Po, menjadi Pendekar Naga yang dikenang dan disanjung sebagai Penyelamat China

Teman, aku setuju bahwa luka hati itu menyakitkan. Terlebih lagi bila kita dilukai oleh orang yang paling dekat dengan kita dan yang paling kita percayai. Rasa sakitnya akan luar biasa berlipat ganda. Tetapi, bila kita terus memendam luka itu seperti yang dilakukan Shen, kita tidak akan dapat membagikan sukacita pada orang-orang di sekitar kita. Yang kita bagikan hanyalah luka, kehancuran dan kesedihan pula.

Ketika kita dilukai, kita pasti merasa sedih. Itu adalah hal yang wajar. Kita merasa kecewa, marah, kesal, itu semua sangatlah wajar. Tidak ada yang salah dengan merasakan semua perasaan negatif itu. Tetapi, suatu hari kita harus melepaskannya dan membiarkan hati kita lepas dari segala luka dan perasaan-perasaan negatif tersebut. Kita harus bisa mengampuni orang yang melukai kita agar kita bisa menemukan "Inner Peace". Ibaratnya, bila kita terus memendam rasa sakit hati di dalam hati, kita seperti mencengkram sebuah mata pisau, pada akhirnya kita sendiri yang akan terluka.

Ketika berhadapan dengan luka, jadilah seperti Po. Dia tahu bahwa Shen lah yang telah menghancurkan keluarganya. Tapi dia tidak membunuh Shen. Shen lah yang tanpa sengaja membunuh dirinya sendiri. Po tidak meminta Shen untuk menebus kesalahannya. Po tidak membenci Shen. Dia hanya ingin menyelamatkan China. Dia berfokus pada tujuan yang lebih mulia, jauh lebih mulia daripada hanya sekedar membalas dendam. Dari situlah akhirnya Po dapat menemukan "Inner Peace"-nya. Dan semua rasa sakit hatinya pun hilang. Lenyap. Tak berbekas. Skadoosh!!


Bagaimana dengan kita, teman-teman. Adakah seseorang yang pernah menghancurkan kehidupanmu? Apakah sampai saat ini kamu masih tidak bisa mengampuninya? Jangan mencengkram mata pisau itu lagi. Lepaskan saja, dan biarkan Tuhan membalut dan menyembuhkan lukamu itu dengan kasih-Nya yang lembut. GOD loves you.. 


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2011
Baca selengkapnya...