19 Februari 2012

Little Miss Perfect

Somehow, aku teringat akan sebuah percakapan antara Quinn dan Shelby di Serial TV Glee season 3:


Quinn: Yeah, well, I'm not going back to being that girl. Little miss blonde perfect.
Shelby: Quinn, were you ever really that girl? I mean, would that kind of girl even get pregnant in the first place?

Kalau kalian suka menonton serial TV ini, kalian pasti tahu bahwa Quinn hamil di luar nikah saat dia masih duduk di bangku sekolah (high school). Sebenarnya, dia adalah seorang gadis yang "perfect": kapten cheerleader, populer, memiliki keluarga yang terhormat. Tapi sayangnya, karena dia hamil di luar nikah, dia harus menyerahkan bayinya kepada Shelby untuk diadopsi, karena dia belum mampu menjadi orang tua.

Sejak itu, Quinn berusaha menjadi populer lagi. Dia ingin memiliki kembali kejayaannya di masa lalu. Namun dia gagal. Sehingga dia mengubah citra dirinya menjadi seorang cewek berandalan yang dekil. Dia ingin meninggalkan citra dirinya yang "perfect". Dan berubah menjadi orang yang lain sama sekali.

There's something funny about the above conversation. Dalam hatinya, Quinn tetap selalu berpikir bahwa dia adalah seorang gadis yang sempurna. Sekalipun dia hamil di luar nikah, dia tetap berpikir bahwa dia adalah gadis yang sempurna. Padahal kenyataannya, dia tidak pernah menjadi sempurna. Kenyataannya, tidak ada manusia yang sempurna.

Kesalahan terbesar manusia adalah ketika dia berusaha mati-matian untuk menjadi yang paling sempurna. You know what, you'll never be perfect. Karena dengan menjadi sempurna, artinya tidak ada lagi tempat untuk kesalahan. When you always want to be perfect, any mistakes will be unforgivable. That's hurt. Because you'll never not making any mistakes. People always make mistakes all the time.

Aku rasa inilah kesalahan terbesar dalam diriku yang sampai saat ini pun masih terus menjadi pergumulanku. Aku pikir, aku harus menjadi sempurna supaya orang lain bisa mencintaiku. Aku pikir, bila aku melakukan kesalahan maka aku tidak layak untuk dicintai. Ternyata aku salah. Karena ketika aku berpikir seperti itu, maka aku pun tidak akan pernah membiarkan orang yang aku cintai melakukan kesalahan sedikit pun terhadapku. And that really hurts. Karena sesempurna apapun cinta orang itu kepadaku, dia akan tetap melakukan kesalahan, baik sadar maupun tidak sadar. Sehingga bila aku terus mengharapkan dia untuk mencintaiku tanpa cacat dan cela, justru aku yang akan selalu terluka.

I am wrong. I think it all wrong all the time. I can never be the Little Miss Perfect, a girl who always right all the time. I think I have to forgive myself for committing some mistakes sometime. Because making mistakes doesn't turn you into someone who is unworthy. It's common. It proves us that we are human. And it enables me to love someone who is not perfect too. Because we are equal. Because I allow him or her to make mistakes too.

I love my father and mother. I love my sisters too. I love my family. I know that they are not perfect. And it takes a lot of humility to finally say and understand and realize that we are not perfect. And I want to stop being a Little Miss Perfect too. I really do. I just want to be an ordinary girl who gives spaces for mistakes in my life. And I just want to love them with my imperfect love. And hope that it will be enough for them to forgive all of my mistakes.

And you know what, Shelby juga mengatakan hal yang sama pada Quinn selanjutnya:

Shelby: First step to becoming an adult: Stop punishing yourself for things you did when you were a child.

So, let's stop being a child. And forgive ourselves for being imperfect.


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2012


Baca selengkapnya...

15 Februari 2012

K-Con Part 4: The Reality

And here is the most important message of this session. Somehow we always expect something supernatural to happen when it comes to God's will. But actually, God speaks as loudly as He can through REALITY. What is that mean? Check this out:



Kita mungkin tahu kenyataan yang ada di depan mata kita. Tapi kadang kita tidak memiliki kerendahan hati untuk mau mengakui pahitnya kenyataan tersebut. So, it requires humility to be able to realize the real reality, I think.

Masih ada 1 video lagi untuk sesi ini. Nantikan post-ku selanjutnya ya.

GBU alwayz ^_^

© hiLda 2012


Baca selengkapnya...

01 Februari 2012

Indonesia Tanah Air Beta: The Truth of “Permohonan Paspor Online”

Indonesia adalah negara yang menggoda. Menggoda untuk lebih memilih jalan yang dianggap lazim oleh banyak orang walaupun sebenarnya salah.

Minggu lalu saya benar-benar dijui kesabarannya. Padahal yang saya lakukan sangat-sangat sederhana dan biasa: mengganti buku paspor. Dari awal memang semua orang menyarankan, “Pake calo aja, daripada repot bolak balik. Belum lagi nunggunya.” Well, I was tempted actually, but my heart says, “Let’s try this the right way.”

So, dengan memanfaatkan teknologi informasi yang kian canggih, aku mencoba aplikasi permohonan ganti buku paspor lewat web site (www.imigrasi.co.id). Sempat hampir putus asa untuk memasukkan aplikasi online, karena berkali-kali aku mencoba, selalu putus di tengah. Seolah-olah server-nya tidak memberi respon sama sekali (dan FYI, web site DirJen Imigrasi ternyata menggunakan Joomla. OMG?!?! Can’t they find a REAL PROGRAMMER to create such a public service web site?? *sigh*). Setelah seharian mencoba, akhirnya sukses juga mendaftar online. Dan aku pun mendapat surat bukti permohonan aplikasi online.

Pada hari yang ditentukan, aku sudah sampai di kantor imigrasi sejak pukul 7.30 pagi. Aku mengantri di bagian Customer Care untuk mendapatkan formulir tertulis (karena walaupun kita sudah mendaftar online, kita tetap perlu mengisi formulir tertulis. OMG!! Can’t they find a good consultant to make a more reasonable business process?!?!). Segera setelah selesai mengisi formulir, aku mengambil nomor antrian. Dan ternyata disediakan loket khusus untuk aplikasi online. Aku mendapat antrian no. 10.

Mulai mengantri pukul 8.30, aku baru mendapat giliran menyerahkan berkas ke loket pukul 9.30. Cukup lama ya, padahal cuma menyerahkan berkas saja. Setelah itu aku diminta untuk menunggu lagi hingga dipanggil namanya di loket 5.

Selama menunggu itu, rupanya berkas-berkasku diverifikasi oleh para petugas. Coba tebak, jam berapa namaku baru dipanggil? Namaku baru dipanggil pukul 11.00. Yap, 1,5 jam hanya untuk memverifikasi berkas-berkas yang sebenarnya sudah aku upload secara online beberapa hari yang lalu. OMG?! What are they doing all those days before my appointment day? *sigh again*. And you know the funny part? Selama 2,5 jam menunggu di sana, aku memperhatikan ada beberapa orang calo yang terus datang bolak-balik ke loket. Berbicara sebentar, tahu-tahu diserahi banyak dokumen. Ada orang-orang yang baru saja datang ditemani calonya, langsung melangkah ke loket tanpa mengantri, lalu langsung mendapatkan nomor antrian untuk ke kasir. Dari nomor antrian ke 10, aku mendapat nomor antrian ke-70 untuk membayar di kasir *ngelus dada*.

Luar biasa ya negara kita. Dan coba tebak, pukul berapa aku baru selesai mengurus semuanya? Pukul 13.30. Bayangkan, pukul 8.00 - 13.30, artinya 5,5 jam hanya untuk mengganti buku paspor. Tidak masuk akal!!

Lucu sekali bagaimana negara kita ini beroperasi. DirJen Imigrasi adalah salah satu kantor yang paling ramai didatangi publik. Masa iya membeli web site yang bermutu saja tidak bisa? Dan yang lebih ironisnya lagi adalah spanduk ini:
(Klik pada gambar untuk melihat lebih jelas)
Look how our government do a really terrific job to lick his own a**. Dengan lantang mereka bilang menentang tindak percaloan dan korupsi. Kenyataannya, para calo diberi name tag khusus bahkan disediakan ruangan khusus untuk menunggu dan beroperasi. *ANCUURRRR DAHH*. Honestly, it’s really sad to look at those facts. Bagaimana bangsa Indonesia bisa maju dengan memiliki pemimpin yang bermuka dua. 

Tapi 1 hal yang aku sadari, aku sama sekali tidak menyesal menghabiskan waktu 5,5 jam untuk mengajukan penggantian buku paspor secara legal. Tidak akan ada asap bila tidak ada api. Calo itu seperti asap. Dan kita-kita yang malas menunggu dan melakukan tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik lah yang menjadi apinya. Memang menyebalkan, birokrasi Indonesia (khususnya Jakarta, karena di Bandung tidak separah ini) sudah amat sangat bobrok. Ketika sesuatu sudah amat sangat hancur, perbaikan sekecil apapun pasti akan sangat berarti. Seperti sebuah larutan yang sangat asam, bila diberi air sedikit saja akan langsung terasa perbedaannya.

Aku rasa, bila seluruh warga Indonesia mau melakukan tanggung jawabnya, dan berhenti menjadi api, asap itu lama-kelamaan akan menghilang. Sedikit demi sedikit. Ini hanyalah sebuah cerita kecil tentang betapa rusaknya negara kita. Kalau kamu berharap, bahkan hanya sedikit saja, bahwa Indonesia suatu saat akan menjadi negara yang lebih baik, aku harap kamu bisa belajar juga untuk berhenti menjadi api. 

Mulailah dari sesuatu yang kecil supaya kita bisa melakukan sesuatu yang besar suatu hari nanti. Tidak ada gedung yang indah yang langsung jadi begitu saja. Semuanya harus dibangun sedikit demi sedikit dari pondasinya hingga ke atapnya. Mari kita membangun Indonesia yang lebih baik lagi. Apapun caranya, selama hal itu baik dan benar, walaupun menyebalkan dan mengesalkan, berusahalah melakukannya. Semoga 5 tahun ke depan ketika aku harus mengganti buku paspor lagi, Kantor Imigrasi Indonesia bisa menjadi tempat yang lebih bersahabat bagi warganya yang jujur.


God bless Indonesia... ^_^


© hiLda 2012


Baca selengkapnya...