15 Februari 2011

Simple Life

Jakarta adalah kota yang penuh dengan stress. Siapa yang dapat menyangkalnya. Untunglah beberapa hari yang lalu, aku berkesempatan untuk sedikit berjalan-jalan ke daerah Anyer. Melihat pantai dan melepaskan semua kepenatan akibat aktifitas sehari-hari di Jakarta.

Di sana, aku sempat ngobrol-ngobrol sedikit dengan seorang penjaja jasa Banana Boat. Seorang pria bernama Pak Ulu. Di sore hari yang tenang, Pak Ulu bersantai di pinggir pantai sambil duduk-duduk di atas Banana Boat yang disewakannya. Sambil ngobrol-ngobrol dengan teman-temannya yang juga berjualan di daerah sana, dia menghabiskan sore hari dengan penuh senyuman. Terbayang olehku apa yang biasanya aku lakukan pada pukul 5 sore seperti itu biasanya di Jakarta. Pasti aku sedang duduk di depan laptop-ku di kantor, memandangi layar komputer sambil berusaha menyelesaikan semua pekerjaanku. Wuaahhh, sepertinya apa yang dilakukan Pak Ulu setiap sore itu merupakan sebuah kemewahan yang tidak bisa aku dapatkan setiap hari.

Saat itu, aku sempat ngobrol sedikit dengan Pak Ulu dan menanyakan padanya apa yang biasanya dia lakukan di sore hari. Dengan simpel dia menjawab, "Kalau tidak ada yang bisa dikerjakan di rumah dan lagi bosen, ya duduk-duduk di pinggir pantai kaya gini aja, Mbak." Wow, menyenangkan sekaliii... Sesuatu yang tidak bisa aku dapatkan setiap hari, duduk-duduk di pinggir pantai dan memandang ombak. Diam-diam aku merasa sedikit iri kepadanya.

Aku heran, mengapa Pak Ulu tidak menjawab, "Kalau tidak ada yang bisa dikerjakan, aku akan berusaha menawarkan jasa Banana Boat ini ke orang-orang yang ada di pantai, kalau tidak ada yang mau menyewa, aku akan berjualan kelapa." Atau apalaaahhh gitu. Sesuatu yang menunjukkan ambisinya untuk menjadi lebih baik lagi (baca: mendapat lebih banyak duit gituuu...). Pak Ulu tidak pernah berpikir ke arah sana. Kenapa ya? Apakah dia sudah cukup puas dengan tinggal di kampung? Dengan uang yang pas-pasan? Dengan makanan yang seadanya? Masa dia ga pernah bermimpi untuk makan steak di Tony Roma's sih? Kenapa ya dia ga kepikiran untuk jadi lebih sukses?

Aku berusaha memahami pemikiran Pak Ulu. Dan ternyata, menurutku, dia tidak pernah kepingin makan di Tony Roma's karena menurutnya makan ikan hasil pancingannya di laut sudah cukup enak baginya. Dia ga kepingin memiliki lebih banyak uang, karena menurutnya apa yang dia miliki sekarang sudah cukup baik dan dia sudah sangat bahagia dengan apa yang dia miliki. Dia ngga butuh sandal Crocs, dia ngga butuh tas Louis Vuiton, dia ngga butuh mobil Mercy. Sandal jepit Swallow, tas pinggang butut dan sepeda tuanya mungkin sudah cukup baginya. What a simple life! Dan lihatlah bagaimana dampak kehidupan yang simpel itu baginya: Dia dapat tersenyum melihat matahari terbenam di pinggir pantai setiap hari! Menyenangkan sekali ya...

Kadang, kita seringkali mempersulit kehidupan kita sendiri. Pola hidup masyarakat kota jauh lebih rumit dibandingkan dengan pola hidup masyarakat di kampung. Masyarakat kota bekerja di kantoran, lalu mendapat uang. Lalu uang itu akan diinvestasikan dalam bentuk deposito atau reksa dana atau saham atau bentuk yang lain lagi. Setiap uang yang diinvestasikan nantinya harus dikelola lagi agar bisa menghasilkan lebih banyak lagi. Setelah memiliki banyak uang, masyarakat kota akan membeli barang-barang mahal untuk memamerkan apa yang telah dicapainya. Mereka akan membeli mobil mahal yang hanya muat 2 orang penumpang lalu mengendarainya ke mal dan memamerkannya di pintu masuk mal. Semua itu hanya untuk prestige-nya, hanya untuk memanjakan kesombongannya saja. Ketika semuua orang membungkuk dan memandangnya dengan rasa hormat, barulah dia merasa puas. Ketika dia bisa memiliki banyak kekuasaan dan bisa memiliki segala yang dia inginkan, barulah dia merasa bahagia. Tapi lihat dampak yang diakibatkan dari hal-hal itu: Koruptor macam Gayus Tambunan.

Menyedihkan. Hidup manusia sebenarnya tidak dirancang untuk menjadi begitu rumit. Sebenarnya malah manusia sendiri yang mempersulit hidupnya. Dengan mengagungkan uang, dengan lebih memuja sandal Crocs daripada sandal Swallow (Padahal sama-sama dari karet gitu loh!! Tapi harganya 30x lipat!! Gila!). Money is not everything! Kita masih tetap dapat bahagia koq dengan uang pas-pasan. Siapa bilang kebahagiaan hanya milik orang kaya saja? Betapa bodohnya orang yang terus mengejar uang dengan alasan untuk membahagiakan orang-orang yang dikasihinya. That's not it! Bukan itu caranya bila kita ingin membahagiakan orang lain. Ada banyak cara-cara lain yang lebih baik dan berkesan untuk mengasihi orang lain daripada hanya sekedar memberinya hadiah-hadiah yang mahal.

Teman, jangan sampai kita tertipu. Uang adalah sarana, bukan tujuan. Ketika tujuan kita berubah ke arah materialistis, maka orang-orang di sekitar kitalah yang akan kita gunakan sebagai sarana. Padahal seharusnya uanglah sarananya, dan orang-orang di sekitar kitalah yang menjadi tujuannya. Hidup memang terasa indah dengan uang, kita dapat merasakan kemewahan yang memanjakan hidup kita. Tapi hidup akan terasa LEBIH indah bila mata kita tidak dibutakan dengan uang. Kehidupan siapa yang akan kalian pilih, kehidupan Pak Ulu atau kehidupan Gayus Tambunan?


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2011


Bookmark and Share
Baca selengkapnya...