21 Maret 2012

Unnecessary Words

Konon, katanya, saat kita mati nanti, kita harus mempertanggungjawabkan semua kata-kata yang pernah kita ucapkan. Apakah kita memberkati orang lain dengan kata-kata kita? Ataukah kita mengucapkan kata-kata yang tujuannya memang untuk menyakiti hati orang lain?

Ada sebuah kisah di suatu suku pedalaman. Suatu hari mereka ingin menebang sebuah pohon yang sudah sangat tua dan sangat besar. Namun kapak mereka tidak cukup kuat untuk menumbangkan pohon tersebut. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka mengumpulkan semua orang muda di suku tersebut, lalu meneriaki pohon itu. Mereka melakukannya sepanjang hari selama berhari-hari. Lalu apa yang terjadi? Setelah berhari-hari diteriaki, pohon itu menjadi kering dan rapuh. Daun-daunnya berguguran. Sehingga akhirnya, mereka bisa menebang pohon itu menggunakan kapak mereka.

Sebenarnya apa yang terjadi ketika pohon itu diteriaki terus menerus selama berhari-hari? Ya, memang benar, mulut manusia memiliki kuasa yang besar. Ketika kita mengucapkan sesuatu, kita memiliki kuasa untuk menyuburkan atau menghancurkan lawan bicara kita. Apa yang kita ucapkan, walaupun mungkin tidak kasar, bila dalam konteks yang salah, dapat menyakiti lawan bicara kita. Contoh:
Udin: "Cok, lo tahu ga Ahmad Dhani cerai sama Maia?"
Ucok: "Yaelah, lo baru tau?? Dah basi kaleeeee..."

Apa yang ucok katakan itu tidak kasar. Tapi sebenarnya cukup menyakitkan. Contoh yang lain lagi:
Udin: "Cok, gimana sih caranya bikin autotext di BBM?"
Ucok: "Hah? Bikin autotext aja lo ga tau? Itu kan gampang banget. Anak TK aja bisa kaleee..."

Okay, itulah yang aku maksud dengan unnecessary words. Kalimat-kalimat yang diucapkan Ucok adalah kalimat ga penting yang sebenarnya bila tidak dikatakan pun tidak akan menghilangkan atau mengurangi maksud dan tujuan sebenarnya dari pembicaraan tersebut. Artinya, Ucok bisa menjawab pertanyaan Udin tanpa menggunakan kalimat komentar yang menjatuhkan harga diri Udin. Dalam kalimat Ucok yang pertama, tanpa sadar Ucok menempelkan lebel "BASI" di jidat Udin. Dalam kalimat Ucok yang kedua, tanpa sadar Ucok menempelkan lebel "BODOH" di jidat Udin.

Come on guys, memang perkataan semacam ini sudah semakin lazim diucapkan. Dan memang, tidak semua orang akan langsung merasa tersinggung akan hal-hal kecil seperti ini. Tapi pikirkanlah betapa ga-penting-dan-ngabisin-tenaga-nya kata-kata semacam ini. Kata-kata semacam ini sama sekali tidak membangun. Kata-kata semacam ini sama saja dengan teriakan-teriakan yang dikeluarkan orang-orang suku pedalaman pada cerita di atas itu kepada pohon yang hendak mereka tumbangkan. Pada akhirnya, kata-kata ini hanya akan mengeringkan orang yang menjadi lawan bicara kita. Merusak. Dan membuat dia mudah untuk ditumbangkan orang yang lain lagi.

Firman Tuhan berkata:
"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Ams 18:21)

Ada juga pepatah demikian:
"Mulutmu harimaumu"

Jadi, memang lidah dan mulut kita ini memiliki kuasa yang luar biasa besar. Dan akan menjadi sangat indah sekali bila 2 percakapan di atas berubah menjadi seperti ini:
Udin: "Cok, lo tahu ga Ahmad Dhani cerai sama Maia?"
Ucok: "Tahu lah, itu kan udah lama. Sekarang kan Maia jadi independent woman yang keren abis gitu."

Udin: "Cok, gimana sih caranya bikin autotext di BBM?"
Ucok: "Oo, gampang koq. Sini gua ajarin caranya."

Percakapan yang indah dan membangun, tanpa sesi pelabelan kepada sang lawan bicara. Aku percaya, bila percakapan yang berlangsung menjadi seperti ini, Ucok akan senang karena mendapat info baru, Udin pun akan senang karena tidak perlu capek-capek mengeluarkan kalimat yang ga penting.

Aku pun masih terus berusaha untuk menghilangkan kebiasaan semacam ini. Dan memang kata-kata semacam ini sering mengalir begitu saja dari mulut kita tanpa kita sadari sama sekali saking sudah terbiasanya. Tapi mari kita ubah kebiasaan kita. Ingatlah, kebiasaan-kebiasaan kita akan berubah menjadi karakter kita. Bila kita melakukan kebiasaan yang baik, maka karakter kita pun akan menjadi baik.


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...

12 Maret 2012

K-Con Part 5: The Listener

This is the last part of Bo's Leadership Session. Untuk menjadi pemimpin yang baik, kita harus dapat mendengarkan dengan baik pula. Ada 3 orang yang harus kita dengarkan. Check it out...




Listen #3 that I don't get the chance to record is: LISTEN TO YOUR MENTORS. Because only a humble leaders seek for mentors.

Dan kesimpulan terakhir dari sesi ini adalah:
A leader must constantly growing.
When leader stop growing, his members will stop growing too.
How? Be humble!

Aku pribadi paling menyukai bagian ini dari keseluruhan session. Saat Bo berkata: "When your customer stops buying from you, you don't say 'Bad customers!'". That is just so true. And I like this line too: "When your members stop attending your meeting, there is nothing wrong with your members. There is something wrong with your meeting." Haha. That's, once again, is just sooo true.

Hope you'll be blessed with my documentation of this session. Let's change Indonesia by being a better leader.

God bless Indonesia... ^_^

© hiLda 2012

Baca selengkapnya...