Tampilkan postingan dengan label Thailand Trip. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thailand Trip. Tampilkan semua postingan

14 Juni 2011

Thailand Trip Part 4: Extraordinary Simple

Being extraordinary, doesn't necessarily being complicated. Kebanyakan orang berpikir bahwa untuk menjadi orang hebat, seseorang harus luar biasa pintar, berpendidikan tinggi, memiliki embel-embel yang panjang di belakang namanya (MBA, MBSc, bla bla blaa...). Coba lihat video di bawah ini. Menurutku dia adalah orang yang hebat juga.


Orang ini adalah seorang penjual Thai Ice Tea di Pasar Chatuchak, Bangkok. Pasar ini berhektar-hektar luasnya, ada ribuan toko dengan ribuan penjual dan pembeli yang berkeliaran di sana setiap harinya. Segala macam barang ada di pasar ini, mulai dari baju, barang kerajinan, tas, aksesoris, alat-alat berkebun, hingga binatang peliharaan. Lengkap deh pokoknya. Tapi, orang ini hanya menjual Thai Ice Tea. Sebuah minuman yang biasa dijual di pinggir jalan. Tapi kenapa dia lebih mencolok dibandingkan dengan toko-toko di sebelahnya? Padahal barang yang dia jual adalah sesuatu yang sangat biasa.

Kalau kamu melihat videonya, tentu tidak sulit untuk menjawab pertanyaan di atas. Pertama, dia memutar lagu jadul yang ngga jelas. Hahaha. Aku yakin lagu yang dia putar itu tidak termasuk dalam chart lagu populer saat ini di Thailand. Tapi, sekalipun jadul, lagu itu menarik banyak perhatian pengunjung pasar. Yang kedua, dia tidak hanya menjual Thai Ice Tea. Tapi juga membuat Thai Ice Tea-nya sambil berputar-putar dan mengocok Thai Ice Tea-nya dengan menuangkannya dari atas ke bawah dengan atraksi yang memukau. Aku yakin, kalau aku yang melakukannya, setelah selesai atraksi, tidak ada satu tetes pun minuman yang tersisa di dalam gelas (semuanya pasti jatuh ke lantai. Hahaha.). Dan yang ketiga, yang paling penting, Thai Ice Tea buatannya sangat enak. Enak gila!! Beda dengan Thai Ice Tea lain yang dijual di dalam botol atau di pinggir jalan.

Simple. Hanya sebuah Thai Ice Tea. Bukan minuman ginseng ribuan tahun. Bukan wine berusia puluhan tahun. Hanya Thai Ice Tea. Dan dia dapat memberikan lebih daripada hanya segelas Thai Ice Tea. Dia memberikan atraksi yang memukau, Thai Ice Tea yang enak, dan menelurkan inspirasi buatku untuk menulis blog ini. Simple, but extraordinary.

Teman, aku rasa untuk menjadi orang yang hebat tidak harus dibarengi dengan gelar yang panjang atau kepala botak bak profesor. Untuk menjadi orang yang hebat, cukup dengan melakukan apa yang terbaik yang bisa dilakukan untuk hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita. Atau bahkan lebih. Apapun profesi yang kita jalani. Mau itu tukang bajaj, cleaning service, koki, akuntan, programmer, apapun. Asal kita melakukan yang terbaik, kita adalah orang yang hebat, we are extraordinary.

Ada orang-orang yang menduduki jabatan penting di pemerintahan. Semua orang memandang mereka dengan kagum. Semua orang berpikir mereka adalah orang yang hebat. Tapi beberapa tahun kemudian, mereka dikejar KPK karena terkena kasus korupsi. Apakah mereka itu orang yang hebat? Are they extraordinary? Absolutely NOT!! Mereka hanyalah orang yang haus kekuasaan dan narcis. Mereka senang dipuja, tapi mereka lupa tugas yang menjadi tanggung jawab mereka sebenarnya. Sehingga akhirnya mereka hanya termotivasi akan kursi pemerintahan dan keagungan yang mengikutinya, tapi mereka tidak mau menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. They are NOT an extraordinary person.

Aku lebih memilih menjadi seorang yang simple. Doing the best that I can for anything that is in front of me right now. Tidak perlu diembel-embeli dengan jabatan yang tinggi atau panggilan yang rumit. Karena kalau kita terpatok pada hal-hal itu, kita akan sangat tergoda untuk menjadi sombong dan meninggalkan integritas kita.

Teman, tidak sulit untuk menjadi seorang yang extraordinary. It is actually extraordinarily simple. Bahkan Rasul Paulus pun berkata: 

"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kol 3:23) 

Dia tidak meminta kita untuk mencari gelar dan jabatan yang hebat untuk memuliakan Tuhan. TIDAK. Yang dia minta adalah kita melakukan segala sesuatu dengan sebaik mungkin, dengan segenap hati. Itulah yang Tuhan inginkan dalam karya-karya kita di dunia. Sekecil apapun, sesederhana apapun, bila kita melakukannya sepenuh hati, pasti akan membuahkan hasil yang luar biasa.

Let's become an extraordinary person. Jangan hanya menjadi orang yang baik, tapi jadilah orang yang HEBAT!!


GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2011
Baca selengkapnya...

08 Mei 2011

Thailand Trip Part 3: What Will Your Pose Be?

Another share about my trip to Bangkok. Ketika aku mampir di Bangkok, aku sempat mengunjungi sebuah tempat yang menarik. Apakah tempat itu? Ini dia:


Madame Tussauds - Bangkok

Madame Tussauds Wax Museum. Tempat apaan sih ini? Ini adalah tempat di mana kamu bisa memenuhi mimpimu untuk bertemu dengan berbagai tokoh-tokoh dunia. Well, memang ngga bertemu secara langsung sih, yang ada di sini cuma patung lilinnya aja. Replika tokoh atau artis dunia yang bener-bener dibikin mirip dengan aslinya. Ngga percaya? Ini buktinya:

Hilda ketemu sama Mahatma Gandhi

Hahaha. Bener-bener mirip dengan yang di foto kan? Yang menarik, di dalam museum patung lilin ini ada berbagai macam seksi. Dan setiap patung lilin ditempatkan di seksi yang sesuai dengan kontribusi sang tokoh aslinya bagi dunia. Mahatma Gandhi ditempatkan di seksi "History" atau Tokoh Sejarah. Maju beberapa langkah dari sana, kita akan menemukan seksi "Arts & Science" atau Tokoh Seni dan Ilmu Pengetahuan. Di sana aku bertemu dengan Sang Maestro Pelukis.

Pablo Picasso dan replika koleksi lukisannya

Di sudut di mana patung Picasso diletakkan, terdapat banyak hiasan lukisan, kuas cat dan kanvas. Menarik sekali ya, semuanya didekorasi untuk mencerminkan keunggulan sang penghuni lokasi. Sehingga rasanya benar-benar masuk ke dalam dunia sang tokoh dunia itu sendiri. Dari sana, aku masuk ke seksi "Music" di mana para Tokoh Musik berada. And guess what? I met The King of Pop.

Posing with Michael Jackson

Walaupun kisah hidupnya kelam dan dia meninggal dengan tragis, tapi dia tetap selalu diingat orang dengan pose khas-nya ini. Lagipula, siapa sih yang ngga kenal Michael Jackson? Bila ada yang mengucapkan kata "Moonwalk", kata berikutnya yang pasti langsung terlintas dalam pikiran kita adalah "Michael Jackson". Ya, dia memang meninggalkan kesan yang sangat dalam bagi dunia.

Lalu, setelah berhari-hari pulang dari sana, aku mulai berkhayal. Bila suatu hari, salah satu kru museum Madame Tussauds ada yang menawari Hilda untuk dibuatkan patung lilin, kira-kira pose macam apa yang akan dilakukan oleh Hilda Si Patung Lilin ya? Di seksi mana dia akan ditempatkan? Dan dekorasi macam apa yang akan menghiasi pojokan di mana dia ditempatkan?

Dalam benakku muncul berbagai khayalan. Lalu aku memutuskan dua pose ini sebagai pose terbaik impianku:
  1. Hilda yang sedang tersenyum sambil mengenakan pakaian yang sederhana, berdiri di tengah taman bunga yang dihiasi pohon-pohon rindang dan kupu-kupu. Sebuah label di bawah kaki Hilda Si Patung Lilin berbunyi: Hilda-Aktifis Lingkungan Hidup. Hmm.. Not bad kan?! Hahaha.
  2. Hilda yang memegang mic dan sedang bernyanyi sambil tersenyum dengan ekspresi wajah yang damai dan ramah. Sebuah label di bawah kaki Hilda Si Patung Lilin berbunyi: Hilda-Musisi Perdamaian. Wow!! Keren ya?!?!
Hahaha. Anyway, semuanya hanya khayalan. Aku tidak pernah berharap ada orang yang akan menciptakan Hilda Si Patung Lilin. Tapi di balik semua khayalan ini sebenarnya terdapat sebuah mimpi, sebuah cita-cita, sebuah niat luhur yang tertanam jauh di dalam lubuk hati seseorang. Atau bahasa kerennya "The Calling" atau "Panggilan Suci" masing-masing orang (cie ileeehhh...). Suatu nilai luhur yang menjadi kerinduan masing-masing orang untuk dia kontribusikan bagi dunia, bagi komunitas, bagi orang lain. 

Kalau ditulis seperti ini, kelihatannya memang konyol dan "kejauhan". Bagaikan punuk yang merindukan bulan, gak akan kesampaian. Aku saja yang menulis dua poin di atas merasa bahwa semuanya itu konyol buanget. Jauh dari jangkauanku (sekarang). Tapi di balik kekonyolan itu tersimpan mimpi-mimpiku. Seperti itulah aku ingin dikenal oleh orang-orang di sekitarku nanti.

Dari sekedar khayalan konyol, aku percaya, suatu hari nanti aku pasti bisa mencapainya. Karena aku tidak memperlakukan khayalan itu hanya sebagai khayalan. Aku ingin mencapainya, aku menjadikannya tujuan. Bila suatu hari nanti aku berhasil mencapainya, that will be my own Lifetime Achievement.

Teman, jangan takut untuk bermimpi. Yang namanya mimpi, cita-cita, semuanya berawal dari khayalan. Perbedaan antara orang yang dapat mencapai cita-citanya dengan yang tidak adalah apakah khayalan itu tetap ditinggal menjadi khayalan atau berubah menjadi tujuan hidup si pengkhayal. Mulailah dari pengkhayal, tapi berakhirlah sebagai pemenang. Jangan membuat mimpi yang biasa-biasa saja. Bermimpilah yang besar. Dan bawa semua cita-citamu itu kepada Tuhan, biar Dia yang bukakan jalan supaya kita dapat mencapainya. Bila memang cita-citamu itu sesuai dengan "Panggilan Suci"-mu, pasti kamu dapat menggapainya. 

Hei pengkhayal, jangan berhenti berkhayal. Dan jangan berhenti sebagai pengkhayal karena kita diciptakan untuk menjadi pemenang.

GBU alwayz... ^_^

© hiLda 2011
Baca selengkapnya...

10 April 2011

Thailand Trip Part 2: Kill Your Self(ishness)

Kata orang, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Well.. kenyataannya, rumput di negeri sendiri memang lebih hijau. Tetapi tidak ada yang merawatnya. Sehingga walaupun rumput tetangga tidak sehijau rumput sendiri, tetap saja terlihat lebih indah.

Another share about Thailand. Aku kagum karena orang-orang Thailand bisa menjaga dan merawat kelestarian alam mereka. Waktu itu aku sempat mencoba Elephant Trekking. Ini adalah sebuah kegiatan di mana kita masuk ke hutan sambil menunggangi seekor gajah. Seharusnya kegiatan seperti ini berlangsung selama beberapa jam, tapi aku hanya mencoba trekking yang pendek yang selesai hanya dalam 20 menit.

Selama trekking ini, kami mengelilingi desa mereka di daerah Kanchanaburi. Kami melewati beberapa rumah penduduk asli di sana. Dan ternyata mereka memelihara gajah di halaman belakang rumah mereka. Ternyata, gajah-gajah ini selain mereka jadikan sebagai objek wisata untuk mata pencaharian, juga mereka gunakan untuk membantu kegiatan mereka sehari-hari. Karena daerah ini adalah daerah pedesaan, gajah-gajah di sini juga tidak begitu terawat seperti gajah-gajah di kebun binatang di kota. Kuping mereka banyak ditumbuhi jamur berwarna merah muda, yang tandanya mereka mungkin tidak rajin dimandikan oleh para pemiliknya.

Melihat suasana seperti ini, aku jadi teringat pada rumahku di Cimahi. Dulu waktu aku SD, aku sering sekali bangun pagi dan mendengar suara bebek dan kerbau di sebelah rumahku. Well, jangan bingung, karena sebelah rumahku dulu adalah bentangan sawah yang luas. Ketika musim panen tiba, semua padi menguning dengan indah, lalu para petani akan membawa kerbau-kerbau mereka untuk membajak sawah. Setiap hari mereka juga menggiring bebek-bebek untuk mencari makan di sawah. Menyenangkan sekali melihat itu semua. Tapi, semua itu hanyalah tinggal kenangan. Karena sekarang sebelah rumahku sudah dibangun rumah-rumah semuanya. Tak ada lagi sawah, tidak ada lagi bebek, tidak ada lagi kerbau. Sepertinya orang-orang Cimahi (yang dulunya kota kecil) sudah mulai kebelet pengen jadi "orang kota" sehingga meninggalkan gaya kehidupan "kampung" seperti membajak sawah dan menggiring bebek, yang mana, sebenarnya, jauh lebih menyenangkan daripada jalan-jalan di mal terus-menerus setiap hari.

Ada lagi hal yang menarik perhatianku. Saat itu, di Kanchanaburi, kami tinggal di sebuah rafting house, yaitu rumah yang dibangun di pinggir sungai. Walaupun sedikit seram terbawa arus sungai ketika kami tidur, overall tempat ini cukup menyenangkan. Benar-benar terasa unsur pedesaan dan menyatu dengan alam. Sungai tempat rumah ini dibangun pun begitu jernih airnya. Tidak ada bungkus plastik mengambang yang merusak pemandangan, ataupun bau busuk sampah yang sangat erat melekat dengan image sungai di ibukota kita tercinta (a.k.a Jakarta). Cobalah bandingkan sungai ini dengan sungai di Jakarta. Banyak juga orang-orang yang membangun rumah dadakan di pinggir sungai-sungai Jakarta. Tapi mereka bukannya merawat dan menjaga, mereka malahan mengotori dan merusak sungai-sungai itu. Bangunan yang mereka buat pun kumuh dan tidak teratur. Ditambah dengan pabrik-pabrik yang membuang limbah secara sembarangan ke sungai itu juga, jadilah adonan kopi hitam berbuih yang menghiasi badan air sungai di kota Jakarta. Sungguh tidak terawat (padahal katanya Jakarta itu ibukota, Kanchanaburi itu bukan ibukota loh).

Okay, mungkin perbandingannya kurang seimbang. Karena Jakarta adalah kota besar yang padat penduduknya sedangkan Kanchanaburi adalah kota kecil yang ramah lingkungan. Mari kita cari lawan yang seimbang untuk sungai di Jakarta. Ini adalah foto sungai di Bangkok. Sungai ini adalah sungai terbesar di Bangkok, namanya Chao Praya. Orang-orang juga terbiasa menggunakan sungai ini sebagai sarana transportasi. Ternyata tetap lebih bersih dan indah daripada sungai-sungai di Jakarta ya. Sama-sama ibukota yang padat penduduknya loh.

Dan yang satu ini adalah favoritku. Namanya Sky. Dia adalah salah satu penghuni Tiger Temple, sebuah kuil di pegunungan Kanchanaburi di mana para bhiksu-nya tinggal bersama dengan berbagai macam hewan. Semua hewan yang ada di sini dirawat oleh para bhiksu sejak mereka masih bayi. Karenanya mereka sangat akrab dengan manusia. Bahkan macan-macan yang sudah dewasa pun mau menurut pada perintah manusia. Mereka tahu bahwa mereka ada dalam masalah bila pelatih mereka membawa sapu lidi. Bahkan kita bisa bermain dengan mereka, permainannya menggunakan sebuah sandal karet yang diikat di tongkat. Macan-macan ini nanti akan berusaha untuk menangkapnya sementara kita menggoyang-goyangkan tongkat tersebut. Lucu sekali. Di tempat ini juga ada banyak binantang-binatang lain, seperti babi ini. Dia tidak takut sama sekali dengan manusia. Lucu sekali.


Dan inilah yang paling aku kagumi dari Thailand. Tempat ini namanya Erawan Waterfall. Sebuah reservasi alam yang memiliki 7 air terjun yang bertingkat-tingkat. Untuk bisa naik ke gunung ini dan melihat air terjunnya, para pengunjung dilarang membawa makanan yang memiliki kemasan satu kali pakai. Kita hanya diperbolehkan membawa minuman dalam kemasan reusable. Andaikan kita membawa air minum dalam botol plastik, botol tersebut akan diberi nomor dan ditandai. Saat kita kembali dari puncak air terjun, kita harus menunjukkan kembali botol tersebut untuk memastikan kita tidak membuang sampah di dalam kawasan reservasi. Luar biasa. Mereka benar-benar menjaga keindahan alam di hutan ini. Bahkan di dalam kolam di setiap air terjun, masih terdapat ikan-ikan yang berenang bebas. Mereka suka sekali memakan kulit mati yang ada di tubuh manusia. Sehingga kita bisa merasakan fish spa gratis di sana. Sesuatu yang tidak pernah lagi aku temukan di hutan mana pun di Pulau Jawa.


Itulah rumput tetangga kita. Sudah bukan rahasia lagi bahwa sebenarnya Indonesia menyimpan lebih banyak lagi keunikan dan keindahan alam di dalamnya. Tetapi kita tidak pernah mengeksplorasinya. Yang menjadi fokus orang-orang Indonesia jaman sekarang hanyalah pembangunan mal dan apartemen. Ya, mal dan apartemen berkembang dengan pesat di Jakarta. Mereka tidak lagi mengingat hutan dan kehidupan alam yang tersembunyi jauh dari kehidupan kota. We are killing ourselves. Kita membunuh diri kita sendiri. Mal dan apartemen tidak dapat menghasilkan oksigen bagi kita. Mal dan apartemen hanya menghasilkan banyak uang. Padahal kita tidak dapat bernapas dengan uang bukan? Kita hanya dapat bernapas dengan udara yang mengandung oksigen.

Teman, kita adalah generasi muda Indonesia. Indonesia adalah jantung dunia, karena negara kita ini terletak di garis khatulistiwa. Negeri kita ini indah, jauh lebih indah daripada sekedar Pacific Place atau Grand Indonesia. Jangan menjadi orang yang egois dengan hanya mau hidup enak dan terbawa arus kehidupan materialistis jaman sekarang. Ada banyak hal yang telah Tuhan ciptakan yang jauh lebih indah daripada tas Gucci atau sepatu Hush Puppies. Mari kita belajar untuk mencintai alam ini lebih lagi. We have to kill our selfishness, do not kill our selves with our selfishness. 

-Special thanks to Marcell for these lovely pictures-

© hiLda 2011

Bookmark and Share
Baca selengkapnya...

15 Maret 2011

Thailand Trip Part 1: The King

Thailand
Beberapa waktu yang lalu, aku berkesempatan untuk menengok salah satu negara tetangga kita. Negara itu adalah Thailand. Puji Tuhan buat kesempatan ini karena di sana aku bisa mempelajari banyak hal yang menarik. Salah satunya adalah seberapa besar makna seorang raja.

Kita yang lahir di negara demokratis, tentu tidak pernah merasakan kepemimpinan seorang raja. Seorang presiden, seberapa besar pun kekuasaannya, tetap dapat digulingkan oleh rakyatnya bila kepemimpinannya tidak memuaskan sebagian besar rakyatnya. Lain dengan seorang raja. Kekuasaan seorang raja itu absolut, posisi seorang raja itu paling tinggi dan tidak tergantikan. Seorang raja adalah seseorang yang mengundang decak kagum dan penuh dengan karisma sehingga seluruh rakyatnya rela melakukan apapun bagi rajanya.

Pecahan Uang Baht
Begitulah di Thailand. Negara Thailand dipimpin oleh seorang raja. Dan katanya, raja di negeri ini sangat dihormati sehingga tindakan sekecil apapun yang dianggap menghina raja dapat diberi hukuman penjara. Uniknya, di sepanjang jalanan kota Bangkok, hiasan yang paling utama adalah foto raja (plus foto ratu di beberapa tempat sebagai sedikit variasi. Hehe.). Foto raja ini akan dicetak sebesar papan iklan billboard dan dipajang di tengah kota, di depan gedung pemerintahan, di perempatan jalan, bahkan di toko kelontong (dengan ukuran lebih kecil sebesar foto 12R). Bahkan, gambar raja tercetak di seluruh jenis uang Baht (mata uang Thailand). Mulai dari recehan 1 Baht hingga lembaran 1000 Baht, semuanya bergambar raja. Bahkan, ketika aku berkesempatan menonton  sebuah acara tarian kebudayaan Thailand, sebelum acara dimulai seluruh hadirin diminta berdiri untuk menghormati raja. Padahal sang raja tidak ada di sana waktu itu. Saat itu hanya dimainkan lagu kebangsaan Thailand sambil diputar video tentang kepemimpinan sang raja di layar. Bahkan katanya, gadis-gadis Thailand akan belajar menari dari kecil dengan harapan akan diminta untuk menari di hadapan raja suatu hari nanti, dan itu adalah kehormatan yang paling besar bagi setiap wanita di Thailand. Woow… Aku pikir, luar biasa sekali raja ini. Dia menyentuh setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Aku yang turis saja sampai hafal dengan wajahnya walaupun hanya menghabiskan waktu 1 minggu di sana.

Grand Palace-Bangkok
Lebih luar biasanya lagi, aku berkesempatan mengunjungi istana-istana raja Thailand di jaman dahulu. Di sana, dibangun beberapa istana dengan desain dan keunikannya masing-masing. Semua gedung dibangun dengan detail yang begitu indah. Ada yang bergaya arsitektur China, Barat, bahkan ada yang bergaya arsitektur Thailand lengkap dengan kuil-kuilnya dan tidak kalah indahnya. Setiap istana tersebut begitu besar dan megah. Beberapa kompleks istana yang boleh dimasuki oleh turis bahkan memamerkan interior yang megah dan indah. Semuanya kelihatan kuno, tapi megah dan indah. Karena di tempat itulah seorang raja pernah tinggal. Semua yang ada di sana adalah yang terbaik dan terindah. Bahkan karpet yang hanya menghiasi lantainya pun sangat indah dan tertata dengan begitu apik dan bersih. Indah sekali. Itulah persembahan para rakyat bagi rajanya. Pengagungan yang begitu tinggi dilambangkan lewat setiap benda yang ada di dalam istana-istana tersebut.

Seorang raja pasti adalah seorang yang sangat berwibawa. Seorang raja adalah orang yang nomor satu yang ada di negeri tersebut. Segala titah raja adalah kewajiban. Dapat bertemu dengan raja adalah suatu kehormatan yang tiada bandingnya. Dapat memberikan persembahan yang berkenan di hati raja dan menyenangkan hati raja merupakan kehormatan yang paling tinggi bagi setiap rakyatnya. Seorang abdi rela melakukan apapun demi setia melayani Sang Raja. Menentang raja adalah kejahatan yang paling keji dan pasti mendapat hukuman mati.

Bagi kita yang tinggal di negara demokratis, apakah kita pernah benar-benar mengerti apa makna kata “Raja”? Kita sering memanggil Tuhan kita “King of kings” (Raja di atas segala raja). Tapi pujian itu hanya keluar dari mulut kita begitu saja tanpa kita sadari apa maknanya. Benarkah kita sudah menempatkan Tuhan dalam posisi “Raja” di hidup kita?

Buatku, Tuhan memang pantas disebut “King of kings” karena Dia adalah Raja yang tidak pernah menyalahgunakan kekuasaannya dan mencintai rakyat-Nya sedemikian besar sehingga rela melakukan apa saja agar rakyat-Nya bahagia. Dia tidak menghukum mati kita bila kita melakukan kesalahan, melainkan memeluk kita dengan penuh kasih dan mengampuni kita. Dia tidak meminta kita menghormati-Nya, karena tanpa penghormatan kita pun Tuhan tetap agung dan mulia. Dia tidak memaksa kita untuk melayani-Nya, tetapi Dia mengajak kita menjadi teman sekerja-Nya, kolega-Nya, sahabat-Nya, bukan kacung, bukan pembantu.

Kalau memang raja di Thailand, yang hanya seorang manusia, saja bisa dicintai dan mendapatkan penghargaan yang sedemikian besar dari rakyatnya, bagaimana dengan kita kepada Tuhan? Tuhan jauh lebih baik, jauh lebih agung, jauh lebih berjasa di dalam hidup kita. Sudahkah kita mencetak foto Tuhan di setiap sudut hati kita supaya kita selalu mengingat-Nya? Sudahkah kita menghormati-Nya dengan tidak mengotori Bait-Nya (baca: tubuh dan pikiran kita)? Sudahkah kita menghayati kebesaran-Nya sehingga merasa begitu tersanjung bila kita dipilih untuk melayani-Nya?

Summer Palace-Ayutthaya
Tuhan adalah Raja di atas segala raja. Seharusnya aku dapat menghormati-Nya dengan cara yang lebih daripada cara masyarakat Thailand menghormati rajanya. Seharusnya aku dapat membangunkan tahta yang lebih indah lewat pujianku bagi-Nya. Tahta yang jauh lebih indah daripada semua istana raja di dunia. Seharusnya aku dapat melayani-Nya dengan hati yang lebih setia. Jauh lebih setia dari abdi raja mana pun di dunia. Tapi kenyataannya, aku belum menempatkan Tuhan sebagai Raja di dalam hidupku. Dan aku hanya menganggap-Nya sebagai “seorang raja”, bukan sebagai “Sang Raja” dalam hidupku.

Tuhan tidak akan minta dipuja seperti raja-raja dunia. Tetapi Dia memang layak dipuja melebihi semua raja-raja dunia. Tuhan tidak akan memaksa kita melakukan perintah-Nya. Tetapi Dia ingin kita melakukan segala perintah-Nya dengan cinta, bukan sebagai kewajiban. Maka kita sebagai rakyat-Nya, seberapa jauhkah kita mampu mengungkapkan pemujaan kita kepada-Nya? Seberapa besarkah keagungan Tuhan di mata kita sehingga kita patut memberi-Nya penghormatan? Seberapa tinggikah posisi Tuhan di hati kita sehingga kita mau melayani-Nya dengan setia? Ya, Dia memang Raja, tapi dia tidak akan bertingkah laku seperti raja di dunia. Itulah yang membuat-Nya sungguh mulia dan layak ditinggikan.

© hiLda 2011

Bookmark and Share
Baca selengkapnya...