Thailand |
Kita yang lahir di negara demokratis, tentu tidak pernah merasakan kepemimpinan seorang raja. Seorang presiden, seberapa besar pun kekuasaannya, tetap dapat digulingkan oleh rakyatnya bila kepemimpinannya tidak memuaskan sebagian besar rakyatnya. Lain dengan seorang raja. Kekuasaan seorang raja itu absolut, posisi seorang raja itu paling tinggi dan tidak tergantikan. Seorang raja adalah seseorang yang mengundang decak kagum dan penuh dengan karisma sehingga seluruh rakyatnya rela melakukan apapun bagi rajanya.
Pecahan Uang Baht |
Grand Palace-Bangkok |
Seorang raja pasti adalah seorang yang sangat berwibawa. Seorang raja adalah orang yang nomor satu yang ada di negeri tersebut. Segala titah raja adalah kewajiban. Dapat bertemu dengan raja adalah suatu kehormatan yang tiada bandingnya. Dapat memberikan persembahan yang berkenan di hati raja dan menyenangkan hati raja merupakan kehormatan yang paling tinggi bagi setiap rakyatnya. Seorang abdi rela melakukan apapun demi setia melayani Sang Raja. Menentang raja adalah kejahatan yang paling keji dan pasti mendapat hukuman mati.
Bagi kita yang tinggal di negara demokratis, apakah kita pernah benar-benar mengerti apa makna kata “Raja”? Kita sering memanggil Tuhan kita “King of kings” (Raja di atas segala raja). Tapi pujian itu hanya keluar dari mulut kita begitu saja tanpa kita sadari apa maknanya. Benarkah kita sudah menempatkan Tuhan dalam posisi “Raja” di hidup kita?
Buatku, Tuhan memang pantas disebut “King of kings” karena Dia adalah Raja yang tidak pernah menyalahgunakan kekuasaannya dan mencintai rakyat-Nya sedemikian besar sehingga rela melakukan apa saja agar rakyat-Nya bahagia. Dia tidak menghukum mati kita bila kita melakukan kesalahan, melainkan memeluk kita dengan penuh kasih dan mengampuni kita. Dia tidak meminta kita menghormati-Nya, karena tanpa penghormatan kita pun Tuhan tetap agung dan mulia. Dia tidak memaksa kita untuk melayani-Nya, tetapi Dia mengajak kita menjadi teman sekerja-Nya, kolega-Nya, sahabat-Nya, bukan kacung, bukan pembantu.
Kalau memang raja di Thailand, yang hanya seorang manusia, saja bisa dicintai dan mendapatkan penghargaan yang sedemikian besar dari rakyatnya, bagaimana dengan kita kepada Tuhan? Tuhan jauh lebih baik, jauh lebih agung, jauh lebih berjasa di dalam hidup kita. Sudahkah kita mencetak foto Tuhan di setiap sudut hati kita supaya kita selalu mengingat-Nya? Sudahkah kita menghormati-Nya dengan tidak mengotori Bait-Nya (baca: tubuh dan pikiran kita)? Sudahkah kita menghayati kebesaran-Nya sehingga merasa begitu tersanjung bila kita dipilih untuk melayani-Nya?
Summer Palace-Ayutthaya |
Tuhan tidak akan minta dipuja seperti raja-raja dunia. Tetapi Dia memang layak dipuja melebihi semua raja-raja dunia. Tuhan tidak akan memaksa kita melakukan perintah-Nya. Tetapi Dia ingin kita melakukan segala perintah-Nya dengan cinta, bukan sebagai kewajiban. Maka kita sebagai rakyat-Nya, seberapa jauhkah kita mampu mengungkapkan pemujaan kita kepada-Nya? Seberapa besarkah keagungan Tuhan di mata kita sehingga kita patut memberi-Nya penghormatan? Seberapa tinggikah posisi Tuhan di hati kita sehingga kita mau melayani-Nya dengan setia? Ya, Dia memang Raja, tapi dia tidak akan bertingkah laku seperti raja di dunia. Itulah yang membuat-Nya sungguh mulia dan layak ditinggikan.
© hiLda 2011