03 September 2014

Ketika Cinta Menjadi Basi

Ternyata di dunia ini memang tidak ada yang abadi. Semua hal pasti ada kadaluarsanya. Menurut hukum fisika, energi itu tetap. Jadi dia tidak akan pernah menghilang melainkan hanya berubah bentuk saja. Dan menurut Alkitab kekuatan yang paling besar adalah kasih. Namun bahkan kekuatan sebesar itu pun dapat berubah.

Saya ingat ketika pertama kali saya jatuh cinta pada tunangan saya. (Hey! I finally can call him my fiancé!!!). Rasanya tidak ada satu hal pun yang dapat mengalahkan cinta kami. Pacaran jarak jauh pun saya bela-belain. Setiap malam stand by di depan laptop untuk video call. Ketika dia pulang saya mengosongkan semua jadwal saya di weekend untuk menghabiskan waktu bersamanya. Rasanya dunia milik berdua. Rasanya cinta ini terlalu dahsyat untuk dapat berubah.

Namun ada masanya ketika saya merasa dia begitu jauh. Mungkin dia mulai lupa pada saya. Saya mulai ragu apakah cinta kami memang sedahsyat yang dulu saya bayangkan. Ketika keraguan datang, cinta pun mulai berubah bentuk menjadi curiga. Curiga jangan-jangan dia sudah tidak sayang lagi pada saya. Lama-kelamaan curiga berubah menjadi kemarahan. Marah karena dia lebih memedulikan pekerjaannya daripada saya. Setelah marah datanglah kesedihan. Sedih karena saya berpikir saya telah mencintai orang yang salah.

Namun untungnya, energi dapat kembali kepada bentuknya yang semula. Hanya saja dia membutuhkan energi yang lain. Untuk mengubah cinta kembali kepada wujudnya yang semula dibutuhkan sebuah energi yang namanya keyakinan. Ketika saya sedih dan mempertanyakan keadaan saya, saya mengingat kembali segala proses yang saya jalani hingga saya dapat bertemu dengan dia. Segala takdir yang bersentuhan dan terkait sehingga membawa saya kepada di mana saya berada sekarang. Ketika saya mengingatnya kembali, saya pun yakin bahwa keputusan saya adalah keputusan yang tepat. Dengan penuh keyakinan saya pun membuang amarah saya dan kecurigaan pun menghilang karena saya yakin dia mencintai saya. Lewat keyakinan saya menemukan kembali semangat saya untuk memperbaiki hubungan ini dan mau berubah untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. 

Hal ini tidak hanya berlaku untuk cinta kepada pasangan. Saya pun mengalami ini ketika cinta saya kepada pelayanan saya diuji. Juga dalam cinta saya kepaga keluarga saya, cinta saya kepada Tuhan, cinta saya kepada profesi saya, bahkan cinta saya untuk menulis blog, dan segala hal lain yang pernah saya jatuh-cinta-i. Cinta membutuhkan pengingat konstan. Artinya kita harus terus mengingatkan diri kita sendiri kenapa kita mencintai pada awal mulanya. Semuanya kembali ke sana. 

Cinta dapat berubah bentuk. Cinta dapat menjadi basi. Namun tidak seperti nasi basi yang akan selalu basi, cinta dapat kembali menjadi cinta yang segar bila kita terus yakin bahwa apa yang kita cintai itu memang layak untuk dicintai. Dan keyakinan itulah yang harus kita perjuangkan setiap saat.

Selamat mencintai!! 


Because live is beautiful....

© hiLda 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think about this post?