19 September 2009

Bertanggungjawablah!

Bagaimana berhenti mempersalahkan dan menemukan kekuatan pribadimu
Bagian 7 dari 8 seri Bagaimana Menghilangkan Kebiasaan Buruk Sekarang!
by Bo Sanchez

Peringatan: Kamu akan terkejut.
Tiga cerita berikut ini akan membuat rahangmu jatuh ke lantai dengan keheranan penuh bahwa segala ke-tidak-masuk-akal-an ini benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.

Cerita #1:
Mrs. Kathleen Robertson dari Texas sedang berada dalam sebuah toko furnitur. Dia tersandung seorang bayi dan terkilir. Maka dia menuntut pemilik toko. Si pemilik toko terkejut karena bayi yang nakal itu adalah anak Mrs. Kathleen Robertson sendiri! Tapi wanita itu memenangkan kasus ini dan diberi $80,000.

Cerita #2:
Carl Truman dari Los Angeles sedang mencuri dop roda dari sebuah Honda Accord saat itu. Dia tidak menyadari bahwa si pengemudi ada di dalam mobil. Ketika si pengemudi menjalankan mobilnya, tangan Carl tersangkut di bawah ban. Apa yang dilakukan pencuri itu? Dia menuntut si pemilik mobil. Dan sidang menghadiahinya $74,000 ditambah pengeluaran medis.

Cerita #3:
Terrence Dickson dari Pennsylvania merampok sebuah rumah dan hendak meninggalkan rumah itu lewat garasi. Tapi ternyata dia terkunci di dalam garasi. Karena keluarga pemilik rumah itu sedang pergi berlibur, dia terjebak di sana selama 8 hari, hidup dengan sekerat Pepsi dan makanan anjing. Ya, Terrence menuntut karena kesedihan mental yang tidak pantas yang dia alami selama 8 hari. Dan dapatkah kamu percaya? Dia memenangkan kasus itu hingga mendapat $500,000.

Tidak masuk akal?
Semua cerita kehidupan nyata ini memberitahukan satu hal kepadamu: Orang-orang suka mempersalahkan orang lain untuk kekacauan yang mereka buat sendiri. Dan masyarakat mendukung pola pikir yang rusak ini!

Pertanyaan Enam Puluh Empat Juta Dolar Saya
Apakah kamu mempersalahkan orang lain atau kamu bertanggung jawab?
Inilah yang saya pelajari dalam hidup: Kamu tidak dapat melakukan keduanya.
Saya mendesakmu—berhentilah menggerutu tentang kekacauanmu dan lakukan sesuatu!

Dalam buku John Maxwell, Failing Forward, dia menanyakan sebuah pertanyaan, “Apa yang sama di antara semua orang sukses di dunia?”
  • Apakah latar belakang keluarga mereka? Banyak yang berasal dari keluarga-keluarga hebat, tapi ada yang berasal dari keluarga yang hancur juga.
  • Apakah pendidikan? Tentu, ada banyak lulusan universitas yang menjadi sukses. Tapi ada beberapa orang yang sangat sukses yang bahkan tidak lulus SMU. Ada 222 miyuner di seluruh dunia, dan 10% dari mereka adalah mahasiswa dropout. (Termasuk orang paling kaya di dunia, Bill Gates.)
  • Apakah agama? Saya harap saya dapat mengatakan bahwa hanya mereka yang benar-benar menjadi murid Yesus yang sukses dalam hidupnya. Tapi itu tidak benar. Karena ada juga umat Islam, Buddha, dan Hindu yang taat yang memiliki kehidupan penuh cinta, luar biasa, dan kelimpahan. Dan Atheis juga!
Kalau bukan tiga hal ini, lalu apa hal yang sama di antara semua orang-orang sukses?



Kamu Bisa Menjadi Sukses!
Satu-satunya hal yang sama di antara semua orang sukses adalah bagaimana mereka merespon kegagalan: Mereka bertanggung jawab.

Setiap orang sukses di dunia merespon kegagalan secara positif.
Mereka bangkit kembali.
Mereka tidak menggerutu, mengkomplain, atau mempersalahkan. Sebaliknya, mereka bangkit dan memperbaikinya.
Mereka bertanggung jawab.

Orang yang tidak sukses, sebaliknya, adalah Ahli Mempersalahkan. Kamu juga akan menemukan bahwa semua pecandu adalah Ahli Mempersalahkan.

Mereka tidak akan pernah bertanggung jawab. Mereka tidak akan pernah berkata, “Saya yang memegang tanggung jawab. Tergantung pada apa yang saya pilih, hidup saya dapat menjadi sangat indah atau sangat buruk.” Karena pecandu percaya bahwa orang lain lah yang patut dipersalahkan untu masalah mereka.

Ahli Mempersalahkan akan mempersalahkan tiga hal favorit...
  1. Orang lain
  2. Iblis
  3. Tuhan
Cari tahu siapa yang paling sering kamu persalahkan...


Hal Favorit Pertama Untuk Dipersalahkan: Orang Lain
Adam dan Hawa merepresentasikan semua Orang Tidak Sukses di dunia. Karena mereka adalah Ahli Mempersalahkan.

Ketika Tuhan bertanya, “Apakah engkau makan buah dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Adam berkata, “Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku—dia yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kej 3:11-12)

Dengan kata lain, wanita yang dipersalahkan!

Dan jika kamu belajar sejarah, pria selalu mempersalahkan wanita untuk semua hal yang tidak berjalan semestinya di dunia ini. (Saya pikir kata-kata ilmiah untuk fenomena ini adalah Jerkhood (Kekurangajaran).)

Apa kebenarannya?
Banyak masalah di dunia ini yang sebenarnya adalah masalah kejantanan.

Larry Crabb mengatakan hal yang sama. Dia berkata dunia berada dalam kekacauan besar sekarang karena satu dosa: Kebungkaman Adam. (Inilah judul bukunya yang membuat penasaran.) Dia berkata Adam tidak melindungi istrinya Hawa. Sebaliknya, Adam tetap diam. Dia seharusnya berkata, “Sayang, apa yang kamu lakukan berbicara dengan Tuan Ular yang ceking itu? Aku suamimu dan aku tidak akan berdiri diam saja ketika dia membohongimu dan merampokmu. Aku akan melindungimu. Mundurlah saat aku memukul kepala makhluk itu.”

Pria belum mengambil tanggung jawab untuk kehidupan spiritual keluarganya.
Pria belum cukup agresif untuk mempedulikan istrinya, anaknya, dan komunitasnya.

Apa yang pria lakukan? Mereka mencari uang dan tidak melakukan yang lain. Berpikir bahwa hanya itulah yang diperlukan untuk menjadi seorang pria, mereka menghidupi kehidupan kecil mereka yang egois dengan botol bir di satu tangan dan remote TV di tangan yang lain.


Ketika Kamu Mempersalahkan Orang Lain, Kamu Memberikan Kekuatanmu Pada Mereka dan Menjadi Tidak Berdaya
Suatu hari, saya mendapat sebuah tugas yang tidak menyenangkan untuk mendatangi seorang pria—seorang anggota komunitas kami—ketika kami mengetahui dia berselingkuh.
Tanpa peringatan, saya mengunjungi rumahnya.

“Apa yang terjadi, temanku?” tanya saya kepadanya.

Sesegera mungkin, dia tahu saya tahu. Seperti seekor kucing yang terpojok, dia membela diri.


“Bo, kalau saja kamu tahu istriku,” katanya, “kamu juga akan berselingkuh. Setiap hari, aku pulang ke rumah sehabis bekerja, cape dan kelelahan, dan aku tidak mendapatkan apapun selain seorang istri tukang ngomel marah-marah tentang ini-itu. Setiap malam!”

Itu belum semuanya. Setelah mempersalahkan istrinya, dia mulai berkata, “Dan kamu tahu mengapa aku jatuh, Bo? Karena kamu...”

“Apa....????” Wow, saya berharap seseorang memotret ekspresi wajah saya tepat saat itu.

“Bo, aku seorang anggota komunitasmu,” lanjutnya, “Tapi kamu tidak menelponku. Kamu tidak mengunjungiku di rumah. Kamu tidak mencari tahu tentang aku. Karena itulah aku jatuh...”

Dia adalah Adam yang bangkit dari kubur.
Dengan pola pikir mempersalahkan seperti itu, dia tidak akan pernah mengubah hidupnya.


Hal Favorit Kedua Untuk Dipersalahkan: Iblis
Bolehkan saya menceritakan kepadamu sebuah cerita pengantar tidur original karangan saya? (Jika kamu seorang ayah dari anak-anak yang hiperaktif, kamu mungkin punya cerita karanganmu sendiri juga.)

Ini adalah tentang Legenda Mugaboo.

Suatu hari, dalam sebuah hutan rindang yang dihuni hewan-hewan yang gembira, terdengar sebuah suara yang menakutkan. Dari sebuah gua di atas tebing, semua hewan dapat mendengar sebuah suara mengerikan. “Aku Mugaboooo! Aku Mugabooooo!” kata suara itu lagi dan lagi.

Semua hewan berlari ketakutan seperti tikus di lantai dapur yang mengilap. Burung-burung kecil beterbangan, monyet-monyet memanjat pohon yang paling tinggi, dan bahkan para singa bersembunyi di gua mereka.

“Bawakan aku buah-buahan sekarang!” perintah suara yang sama, “Atau yang lain!”
Hewan-hewan pergi ke mulut gua, menggigil ketakutan, membawa apel, jeruk, berry untuk Mugaboo.

Dan hari berikutnya, mereka mendengar suara yang sama lagi. Dan hewan-hewan akan membawa buah ke gua di tebing itu lagi.
Lalu hari setelah itu, terjadi seperti itu lagi.
Maka mulailah sebuah ritual yang berlangsung selama bertahun-tahun.



Kura-Kura Yang Tidak Takut
Di hutan yang sama, tinggallah seekor kura-kura kecil pemberani bernama Benedict yang tidak takut. (Kalau-kalau kamu tidak tahu, itu adalah nama anak saya. Itulah “101 Strategi Membacakan Cerita Untuk Orang Tua”.) Karena dia meragukan Legenda Mugaboo. Dia penasaran mengapa setiap hari, orang tuanya, kakek-neneknya, pamannya, dan bibinya memperbudak diri mereka dengan mengumpulkan buah-buahan untuk monster ini.

“Adakah seseorang yang pernah melihat monster yang kita takuti ini?” tanyanya. Sejauh ini, tidak ada seorang pun pernah memberitahunya bahwa mereka telah melihat si monster. Tapi semua orang memiliki sebuah cerita mengerikan untuk diceritakan.

Para monyet berbicara tentang bayangan-bayangan mengerikan di dalam gua yang bergoyang seperti angin. Para rusa berbicara tentang mendengar langkah kaki mengerikan di malam hari. Dan para beruang, macan, dan singa berbicara tentang betapa besar dan mengerikannya Mugaboo semestinya—mungkin seekor beruang, macan, dan singa dijadikan satu!

Dan selama cerita berhembus, kekuatan Mugaboo semakin bertambah hari demi hari.
Saat itulah Benedict berkata, “Cukup sudah. Aku akan masuk ke dalam gua misterius itu dan melihat seperti apa Mugaboo sebenarnya.”



Ketika Keberanian Membebaskan Seluruh Hutan
Suatu pagi hari, Benedict memanjat tebing dan mengindap-indap ke dalam gua.
Kecuali bentuknya yang seperti sebuah terowongan, kelihatannya gua itu normal-normal saja. Dan kecuali buah-buahan yang setengah dimakan di dalamnya, gua itu kosong sama sekali.

Lalu dia menarik kaki-kaki dan kepalanya ke dalam tempurungnya, dan menunggu si monster muncul. Setelah dua jam menunggu di dalam kegelapan, dia mendengar suara langkah kaki, dia merasakan bulu kuduknya berdiri.

Mugaboo telah datang!

Dan kemudian dia mendengar kata-kata yang selalu dia dengar setiap hari, “Akulah Mugaboooo! Berikan aku buah-buahan sekarang!”

Tapi kali ini, dari dalam gua, suara itu tidak terdengar begitu menakutkan sama sekali.
Sebenarnya, suara itu malah terdengar akrab.
Benedict mengeluarkan kepalanya dan kaget melihat seekor tupai berteriak sekencang-kencangnya.

Dan kemudian dia mengerti kenapa. Karena bentuk terowongan gua yang unik, itu membuat gua ini menjadi megafon raksasa. Semua yang dikatakan di sini—bahkan bisikan terkecil sekalipun—akan terdengar keras ke seluruh hutan.

Benedict juga tahu nama tupai itu. Dan namanya bukanlah Mugaboo—tapi Kookoo, seekor tupai yang sudah terkenal suka membuat masalah.
Maka Benedict, dari belakang tupai itu, berteriak juga sekuat tenaga, “Akulah Kookoo... Ups!! Em, maksudku, Akulah Mugaboo!”

Kookoo berbalik dengan kaget melihat si kura-kura di belakangnya. Rahasianya sudah terbongkar! Takut terancam nyawanya, Kookoo berlari keluar gua—dan keluar hutan—tidak pernah terlihat lagi.
Benedict merangkak keluar dari gua diiringi tepuk tangan para hewan, berseru, “Benedict Yang Hebat!”
Karena keberanian, hutan dibebaskan kembali.



Iblis Bekerja Dengan Kekuatan Pinjaman
Dalam Taman Eden, kata-kata ini dikatakan:
Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kau perbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kej 3:13)

Setelah berabad-abad ini, tidak banyak yang berubah. Orang-orang masih berkata, “Iblis yang membuat saya melakukannya!”

Ada orang yang menemukan iblis bersembunyi di setiap sudut, menggoda kita, menindas kita. Orang suka mempersalahkan iblis atas segalanya—ban kempes, migren, anak sakit, perceraian, kehilangan pekerjaan, kegagalan bisnis, dan hubungan zinah.

Tapi inilah kebenarannya: Seperti Kookoo, Iblis bekerja dengan kekuatan pinjaman.
Kekuatan siapa? Kekuatanmu. Kecuali kamu memberikan kekuatanmu kepada iblis, dia tidak akan punya kekuatan atasmu.

Karena kekuatannya berdasar pada kebohongan.
Karena kekuatannya berdasar pada ketakutanmu.
Semakin kita takut padanya, semakin besar kekuatan yang dia punya atas kita.

Teman, inilah kebenarannya: Kamu memiliki kekuatan untuk menaklukkan iblis.
Mengapa? Karena kamu adalah anak Tuhan.
Pahat ini di atas batu: Mempersalahkan iblis untuk masalah kita adalah percuma.
Berhenti melakukannya.

Sebenarnya, dia suka kamu mempersalahkannya. Dengan membuat dirinya semakin besar, dia semakin memiliki kuasa atas hidupmu.

Sebaliknya, jadilah seperti Benedict si kura-kura. Dengan keberanianmu untuk bertanggung jawab, kamu akan membebaskan dirimu—dan orang lain juga.



Hal Favorit Ketiga Untuk Dipersalahkan: Tuhan
Adam berkata, “Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku—dia yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kej 3:12)

Apa yang dia katakan? Bahwa Tuhan—yang menciptakan wanita—yang dipersalahkan!

Inilah skenario kehidupan sebenarnya...
  • Seorang wanita single mengirim email kepada saya. Dia memberi tahu saya bahwa dia memiliki affair dengan seorang pria yang sudah menikah. Dia mengakhiri suratnya dengan berkata, “May tampo ako kay Lord (Aku dendam kepada Tuhan). Mengapa ini terjadi? Mengapa Tuhan ijinkan aku jatuh cinta pada pria ini?” Saya membalasnya, “Tuhan memberimu kemampuan untuk jatuh cinta kepada siapa saja ketika Dia menciptakanmu sebagai manusia. Tapi tidak, Tuhan tidak membuatmu jatuh cinta pada pria beristri ini. Kamu yang memilih ini untuk terjadi.”
  • Seorang pria datang pada saya dan berkata bahwa dia telah merokok selama 30 tahun dan sekarang mengidap emfisema. Dia bertanya pada saya, “Mengapa Tuhan membuat saya sakit?” Saya memberi tahunya dengan jelas, “Tuhan tidak membuatmu sakit. Rokok yang membuatmu sakit.”
  • Seorang wanita muda menangis kepada saya suatu hari, memberi tahu saya dia sedang hamil 3 bulan karena pacarnya—yang sekarang tidak tahu ada di mana. Orang tuanya masih belum tahu. Dia lalu bertanya pada saya, “Mengapa Tuhan menghukum saya? Mengapa Dia memberi saya seorang bayi?” Saya memberi tahunya, “Tuhan tidak sedang menghukummu. Seks yang memberimu bayi.”
  • Pasangan yang sudah menikah meminta saya berdoa bagi mereka, “Bo, kami memiliki hutang yang besar. Dan kami marah kepada Tuhan. Mengapa Dia meninggalkan kami?” Selanjutnya, saya menemukan bahwa mereka suka makan di restoran mewah dua kali seminggu, dan mereka suka mengenakan pakaian desainer, dan mereka suka mengendarai mobil mahal—semua dibeli dengan uang pinjaman. Saya memberi tahu mereka, “Tuhan tidak membuat kamu miskin. Kamu miskin secara finansial karena kamu buta finansial.”
Ketika kamu mempersalahkan orang lain, ketika kamu mempersalahkan iblis, dan ketika kamu mempersalahkan Tuhan, kamu sedang berkata, “Saya adalah seorang korban keadaan yang tidak berdaya. Saya tidak terkendali. Dan saya tidak dapat bertanggung jawab.”



Mengetahui Ketidakberdayaan
Ketika saya di Indonesia, saya menunggangi seekor gajah untuk pertama kalinya.
Sungguh pengalaman yang luar biasa berada di atas hewan cantik itu.

Tapi inilah yang lebih membuat saya heran: Bagaimana mungkin seekor monster seberat 6 ton bisa ditawan oleh tali rapuh yang diikat ke kakinya? Yang perlu dia lakukan hanyalah bersin dengan cukup keras dan tali itu akan putus. Tapi seperti seekor anak anjing, gajah itu diam saja.

Lalu, saya tahu mengapa.

Ketika si gajah masih bayi kecil, tali itu cukup kuat untuk menahannya.
Pada awalnya, jumbo kecil menarik dan menarik lagi tali itu—tapi semuanya sia-sia. Akhirnya, si bayi gajah menyimpulkan bahwa semua usaha itu tidak berguna.

Maka bahkan ketika dia bertambah besar dan bertambah kuat—dan sudah mampu memutuskan tali itu dengan sentakan kecil kakinya—dia tidak akan melakukannya. Mengapa? Karena tali itu tidak terikat pada tubuhnya. Tali itu terikat di pikirannya.

Fenomena ini disebut “Mengetahui Ketidakberdayaan” dan ini tidak hanya terjadi pada gajah. Ini juga terjadi pada manusia. Setelah banyak usaha gagal, kita menyerah. Dan kita mempersalahkan tali kesengsaraan kita.
Teman, apakah tali dalam hidupmu?

Ingat: Tali itu tidak terikat pada tubuhmu. Tali itu terikat pada pikiranmu. Maka kamu tidak dapat melepaskannya dalam realita tanpa melepaskannya dari pikiranmu terlebih dahulu.

Kamu dapat melakukannya hanya melalui lawan dari Mengetahui Ketidakberdayaan...



Mengetahui Kekuatan!
Jika ada hal semacam “Mengetahui Ketidakberdayaan”, maka ada fenomena “Mengetahui Kekuatan”. Tuhan telah memberikan kepadamu kekuatan untuk mengubah hidupmu—kamu hanya perlu menemukannya di dalam dirimu.

Mengetahui Ketidakberdayaan terjadi secara bertahap.
Mengetahui Kekuatan juga terjadi secara bertahap.

Tapi banyak orang Kristen akan memberi tahu saya, “Bo, itu rasanya seperti Kristianitas 'willpower (kekuatan keinginan)'. Itu tidak berhasil. Kita perlu bergantung pada Tuhan saja.” Saya juga bertemu dengan orang-orang Kristen yang memberi tahu saya, “Bo, saya sudah mencoba yang terbaik untuk menghentikan dosa saya. Dan tidak berhasil. Saya sudah mencoba Kristianitas 'willpower' dan gagal dengan parah. Maka sekarang saya hanya menyerahkan segalanya pada Tuhan...”

Hey, itu tidak apa-apa—jika “menyerahkan” berarti bergantung pada Tuhan.
Dialah sumber segala berkat.

Tapi dengarkan baik-baik: Berkat Tuhan yang tidak terhingga akan harus mengalir lewat sebuah saluran, dan salah satu saluran utama-Nya adalah lewat keinginanmu. Karena Tuhan bekerja lewat pilihan-pilihanmu.

Dan dengan fakta bahwa Dia memberimu kehendak bebas, tidakkah kamu pikir Dia ingin kamu menggunakannya? Ataukah kehendak bebas itu adalah sebuah alat rusak yang Dia berikan kepadamu untuk membuktikan bahwa tidak peduli berapa kali pun kamu menggunakannya, alat itu tetap tidak berfungsi? (Ya ampun, jika itu benar, Tuhan sangat kejam.)

Alkitab berkata bahwa kamu diberkati dengan setiap berkat rohani di dalam sorga (Ef 1:3). Saya percaya itu. Dan saya percaya itu termasuk kekuatan untuk memutuskan untuk mengubah hidupmu secara bertahap.


Putuskan Tali Itu Satu Per Satu
Jika saya mengikatkan seutas tali di sekeliling kedua tanganmu, dapatkah kamu melepaskannya? Mudah sekali, bukan?

Tapi bagaimana jika saya mengikat kedua tanganmu dengan seratus utas tali—akankah semudah itu?
Tentu saja tidak. Kekuatan brutal akan sia-sia.

Kamu perlu sebuah strategi: Kamu harus memotong seutas tali setiap kali.
Sama halnya dengan sebuah kebiasaan buruk.
Kamu harus melakukannya satu hari setiap kali.
Besok, lakukan hal yang sama.
Dan hari berikutnya, lakukan lagi.
Dan tak lama kemudian, kamu akan memotong tali terakhir.

Teman, kamu bukannya tidak berdaya. Kamu bisa mengubah hidupmu!
Kamu bisa mengubah kehidupan Spiritual-mu.
Kamu bisa mengubah kehidupan Keluarga-mu.
Kamu bisa mengubah kehidupan Fisik-mu.
Mulai hari ini!



Jika Kamu Tidak Mempersalahkan Orang Lain, Haruskah Kamu Mempersalahkan Dirimu Sendiri?
Tidak.
Tuhan tidak berurusan dengan mempersalahkan orang.
Tuhan berurusan dengan mengasihi orang, mengampuni orang, dan memberi orang kelimpahan.

Jika kamu memiliki kesalahan, terimalah itu.
Jika kamu telah berdosa, akui itu.
Tapi jangan hukum dirimu!
Sebaliknya, ambil tanggung jawab. Bertanggungjawablah!

Ketika kamu mengambil tanggung jawab, kamu tidak mempersalahkan dan menghukum dirimu sendiri.

Karena penghukuman tidak akan memulihkanmu. Menghakimi dirimu sendiri tidak akan memulihkanmu. Berjalan dengan perasaan bersalah tidak akan memulihkanmu. Mempermalukan dirimu sendiri tidak akan memulihkanmu. Hanya cinta yang bisa. Dan dengan mengambil tanggung jawab, kamu mencintai dirimu sendiri.




Mempermalukan Tidak Akan Berhasil
Saya menemukan kebiasaan buruk ini di antara orang tua-orang tua yang tidak bijaksana: Mereka suka mempermalukan anak-anak mereka.

Ketika mereka memarahi anak-anak mereka, kalimat favorit mereka adalah Mahiya ka! (Bikin malu!) Hindi ka ba nagiisip? (Apa kamu tidak tahu bagaimana cara berpikir?)

Dan ketika orang tua-orang tua tidak bijaksana ini menghukum, mereka melakukannya dengan pecutan malu.

Mereka berteriak kepada anak-anak mereka untuk mempermalukan mereka. Mereka berteriak kepada anak-anak mereka di depan orang lain untuk meningkatkan rasa malu mereka. Dalam kemarahan dan frustrasi mereka, mereka ingin membuat anak-anak mereka merasa malu.

Para orang tua, dengarkan baik-baik: Mempermalukan seseorang tidak akan bisa membuat seseorang menjadi lebih baik!

Itu tidak akan berhasil ketika kita melakukannya kepada anak-anak kita.
Itu tidak akan berhasil ketika kita melakukannya kepada teman-teman kita.
Dan itu tidak akan berhasil ketika kita melakukannya pada diri kita sendiri.



Sebuah Pemeriksaan Batin Yang Lain
Selama bertahun-tahun, setiap malam, sebelum pergi tidur, saya akan melakukan apa yang Gereja sebut sebuah “Pemeriksaan Batin”. Saya akan memeriksa keseluruhan hari saya untuk melihat kalau-kalau saya melakukan dosa. Saya lalu akan memohon pengampunan dan pergi tidur.

Selama bertahun-tahun saya melakukan latihan ini, tapi jauh di dalam, sesuatu memberi tahu saya ada sesuatu yang kurang. Hari ini, saya menemukan bahwa itu adalah Tuhan yang berbicara kepada saya, memberi tahu saya bahwa Pemeriksaan Batin saya sama sekali belum lengkap.

Hari ini, sekarang saya sadari bahwa Pemeriksaan Batin yang lengkap, utuh, dan otentik, adalah saya seharusnya mencari saat-saat di mana saya melakukan hal yang benar terlebih dahulu sebelum saya mencari saat-saat di mana saya berbuat salah. Kapan saya berbuat baik hari ini? Kapan saya merefleksikan wajah Tuhan hari ini? Kapan saya bisa melayani dan memberi dan berbagi?

Karena seperti itulah Tuhan memandang saya. Dia bukanlah Sersan Pleton yang mempersiapkan tentaranya untuk parade militer, menginspeksi lipatan di seragam saya dan lumpur di sepatu boot saya. Seperti seorang Ayah yang menyambut anaknya yang boros pulang ke rumah sehabis bekerja di kandang babi, Dia memeluk kekotoran saya, lumpur saya, dan bau babi saya. Dia mengenakan jubah kebesaran di sekeliling rasa malu saya. Dia mengadakan pesta selamat datang untuk saya. Dia mencintai saya.

Dan kemudian dia akan memandikan saya.

Dia akan menyingkirkan semua kekotoran saya. Dia akan menyingkirkan lumpur saya. Dia akan menyingkirkan bau busuk saya.

Kita salah selama ini. Fokus utama dari Pemeriksaan Batin bukanlah dosa. Fokusnya adalah menerima cinta. Dan cinta itu akan memulihkan dosa saya.

Karena apa yang kita fokuskan bertumbuh. Jika saya berfokus hanya pada dosa saya, hal itu akan bertumbuh. Tapi jika saya berfokus pada kebaikan saya, kebaikan itu bertumbuh di dalam saya. Dan itu akan bertumbuh sangat banyak sehingga menggantikan keburukan di dalam saya.

Biar saya akhiri ini dengan kata-kata luar biasa:
Ketakutan terdalam kita bukanlah bahwa kita tidak mampu.
Ketakutan terdalam kita adalah bahwa kita luar biasa kuat di luar batas.
Cahaya kitalah bukan kegelapan kita yang paling membuat kita takut.
Kita bertanya pada diri kita sendiri, memangnya siapakah aku hingga dapat menjadi begitu pintar, tampan, berbakat, dan keren?
Sebenarnya, memangnya kamu tidak dapat menjadi siapa? Kamu adalah anak Tuhan?
Menganggap dirimu kecil tidak melayani dunia. Tidak ada yang menyenangkan tentang menyusutkan diri supaya orang lain merasa aman di sekitarmu.
Ini bukan hanya di dalam beberapa kita; ini ada di dalam setiap orang. Dan ketika kita membiarkan cahaya kita sendiri bersinar, kita secara tidak sadar memberi izin bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Ketika kita dibebaskan dari ketakutan kita sendiri, keberadaan kita secara otomatis membebaskan orang lain.
-Marianne Wiliamson-


Saya tetap sahabatmu,




Bo Sanchez
-translated by hiLda 2009-


NB:


  1. Judul original artikel karya Bo Sanchez: "Take Charge!". Untuk membacanya, silakan cari di kotak Google Custom Search di sebelah kanan.
  2. Download PDF-nya di sini. Bila kamu merasa diberkati, bagikanlah tulisan ini ke teman-temanmu. GBU alwayz... ^^



Bookmark and Share

3 komentar:

  1. Thank'z ya... so blessed..:)

    BalasHapus
  2. Makasih jempolnyaa.... ^^

    Disebar ke yang lain ya.... Supaya makin banyak orang yang diberkati...

    GBU... ^^

    BalasHapus

What do you think about this post?